Minggu, 21 Desember 2008

Teresa Sakit

Hari Kamis (18 Des 08) siang Teresa mulai terasa panas badannya, saya ukur suhu tubuhnya 38,64 derajat. Saya blm merasa tll khawatir krn sblmnya dia pernah seperti ini dan bangun tidur sudah normal kembali. Apa lagi akan ada pesta Natal yang diadakan kantor suami saya sore ini. Di sana akan ada badut sapi dan Santa Claus. Tentu saja saya sama excitednya dg Teresa utk dating. Tapi kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Sewaktu bangun dari tidur siangnya yg tidak bgt nyenyak, badannya tetap panas bahkan semakin sore dia tampak kurang ceria dari biasanya. Waktu makan sore pun dia tampak sering tidur2an dan lemas… bahkan mengeluh sakit (nyeri mungkin?). Maka saya dan suami merasa khawatir. Saya menelpon suster di rumah sakit langganan kami untuk menanyakan apa yang sebaiknya kami lakukan. Suster tersebut, yang ternyata baru kehilangan keponakannya krn DB, mengatakan gejala demam dan nyeri badan mungkin saja gejalan DB, maka sebaiknya diperiksakan ke dokter utk diperiksa darahnya. Wah, tentu saja perkataan suster tsb membuat saya agak panik. Hihihi, orang emang mudah panik kok mendengarkan perkataan semacam itu, jd semakin panik donggg… Jadi… kami membawa Teresa ke rumah sakit utk diperiksakan ke dokter. Selama perjalanan dan di rumah sakit, Teresa tak lepas dr gendongan saya dan terus terasa panas badannya yang semakin membuatku tak henti berdoa agar Tuhan melindunginya…Dokter pun memeriksa… beserta suster yang tak henti2nya bersin (kok ga pake masker?!)… dengan memberikan komentar yg membuat saya enggan dating lagi memeriksakan Teresa kepadanya. Ketika saya ceritakan kronologis sakitnya Teresa, dan tiba pada bagian rasa sakit yang dirasakan Teresa di beberapa tempat di tubuhnya, Dokter itu berkata “Aduh kayak Nenek-nenek aja…” Saya langsung merasa diremehkan oleh Dokter itu, langsung membela Teresa dan berkata bahwa sudah dua kali Teresa mengeluhkan dadanya terasa sakit. Karena saya selalu berprinsip utk mendengarkan komentar atau keluhan anak meski kita blm tau kebenarannya. Justru kita sbg orang dewasa bertugas utk mengetahui dan memeriksa keluhannya itu sehingga tau bagaimana menyikapinya dengan tepat, bknnya meremehkan… Tampaknya Dokter itu merasa ‘protes’ saya sehingga ia juga memeriksa bagian lutut kaki Teresa, yg dikeluhkan sakit oleh Teresa. Selama pemeriksaan berlangsung Teresa diam dan menuruti semua instruksi Dokter. Ini membuat saya bangga karena sbelumnya ia sering menangis dan tidak mau diperiksa oleh Dokter. Tampak sekali perkembangan pribadinya yg lebih baik dalam menerima kehadiran orang asing. Dokter berkata bahwa ada semacam radang di tenggorokannya dan meminta kami memberikan beberapa obat serta memantau suhu tubuhnya. Bila suhu tubuhnya berkisar 38 derajat ke atas sampai hari Minggu siang, sebaiknya Teresa diperiksa darahnya utk diagnosa lebih lanjut. Maka setelah menebus obat kami pulang. Dalam perjalanan pulang Teresa tidur dengan tenang dan terus tidur sampai pagi, pun setelah kami memindahkannya ke tempat tidurnya.
Hari Jumat (19 Des 08), badan Teresa masih panas. Makan pagi dan minum obat pagi bisa terlaksana dengan cukup baik. Dia mau meminum obatnya (3 macam) dengan memakai pipet, bahkan puyer dan antibiotiknya pake pipet… hehehe ga pa-pa lah asal masuk. Mendekati makan siang, saya tidak bisa membendung keinginannya utk keluar kamar dan bermain dengan Mbak Kimah. Maka saya pakaikan celana panjang dan baju piama tangan panjang yg tak tll tebal sehingga cukup melindunginya dr angin nakal, yg memang byk bertiup di luar, mengingat rumah kami sangat ‘open’… so makan siang dan minum obat cukup baik jg, dengan banyak bantuan dari si Mbak… lumayan lah utk saya mencharge energi baru dg makan siang yang cukup tenang, meski masih dalam ruangan yg sama dg Teresa dan Mbak-nya. Meski Teresa pada akhirnya mau meminum obatnya siang itu, namun pada suapan obat yg terakhir, Teresa sempat menangis krn kaget akan gerakan Mbak yang tiba2 menyodorkan gelas. Tangisan ini juga memperlihatkan kelelahannya. Maka buru2 saya membuatkan susu dan mengajaknya beristirahat siang. Sore harinya, suhu tubuhnya 38,33 derajat. Cukup membuat saya menaruh harapan utk kesembuhannya. Makan sore dan minum obat sore itu berjalan so-so, artinya ya lumayan lah… bisa masuk… Malam harinya dia juga tidur cepat, yaitu pukul 20.30. Hem, tumben nih.. biasanya kan jam 10 – 11 an! Hehehe, yah blessing in disguise lah…. ;)
Hari Sabtu (20 Des 08) adl ‘nightmare’ utk saya. Teresa tidak mau meminum obatnya sama sekali. Meski dicampur di buah, Teresa hanya mau memakan sedikit dan berkeras tidak mau meneruskan. Demikian pula siang harinya. Makannya memang tidak tll terpengaruh, apalagi siang harinya disuapi Mbak Kimah sambil bermain. Makannya jadi banyak. Memang saya sengaja membiarkannya bermain di kamar mainnya dengan Mbak-nya, spy ga tertekan berada dalam kamar terus. Kalau pagi dan siang ada sedikit obat yang masuk, maka sorenya tidak ada sedikitpun obat yg berhasil masuk. Dia tidak mau memakan pisang yg saya campurkan dengan obatnya (padahal obat ini rasanya cenderung manis lho..). Ia menyicipinya dan melepehkannya lagi. Namun entah dari mana, mungkin karena saya sempatkan tidur siang ketika ia tidur, saya sedikit merasa tenang dan mendapatkan energi lebih utk bersabar serta bercerita kepadanya panjang lebar ttg pentingnya minum obat bagi kesehatannya. Juga mengulang kesenangan yg akan didapatkannya bila cepat smbuh krn mau minum obat. Akhirnya saya pasrah, dan mengatakan kepadanya utk menentukan sendiri kapan mau minum obat (kalau Teresa mau minum obat, bilang sama Mama ya…). Yah, spt yg bisa ditebak, ia tidak mau minum obat sampai tertidur jam 21.00 malam itu. Malamnya, saya ukur suhu badannya. Hasilnya, membuat saya dan suami merasa kaget, yaitu 39,36 derajat! Langsung saya menelpon suster dan seorang dokter utk meminta advice. Sang dokter tidak mengangkat telponnya. Sang suster menyarankan membangunkan Teresa utk memberikan obat. Spy tidak terasa pahit, bisa diberikan dengan madu. Kebetulan kami masih menyimpan persediaan madu, meski tinggal sedikit. Maka ketika Teresa tampak sedikit terbangun, saya tawarkan madu utk menurunkan panasnya (saya tidak bilang obat krn takut dia langsung menolak). Hem, rupanya ia mau krn mendengar kata madu. Namun setelah disiapkan, ia menolak keras. Selama kurang lebih setengah jam, kami membujuknya meminum ‘madu’ itu, namun tetap tidak berhasil. Akhirnya suami saya memutuskan utk membiarkannya tidur malam itu tanpa meminum obat, dengan harapan besok pagi keadaannya akan lebih baik. Maka sesuai permintaan Teresa, aku membacakan 1 cerita dan membuatkannya susu botol kesukaannya. Dan tertidurlah dia dengan damai sampai esok paginya.
Minggu (21 Des 08), kami bertiga bangun agak siang, jam 09.00. Mungkin karena merasa lelah akibat ‘perjuangan’ tadi malam. Teresa bangun dengan ceria (seperti biasanya) dan terasa badannya tidak sepanas tadi malam. Ia cukup semangat menyantap donat yang sengaja dibelikan Papa agar Teresa semangat makan. Setelah makan, sesuai tips dari teman suamiku, obat puyer Teresa saya campur ke dalam susunya. Wah, cara ini berhasil! Dia tampak lahap meminum susunya. Dan jam 11.00 suhu tubuhnya sudah normal, 36,9… derajat… Wah! Betapa senang saya dan suami saya. Nyatanya, Tuhan menjawab doa saya tadi malam utk memberikan mujizat. Wah…. Saya sangat bersemangat dan bercerita dengan ceria utk Teresa. Siang harinya, saya memberinya makan di kamar sambil menonton tv. Acara makan berlangsung dg cukup lancar. Namun Teresa hanya mau meminum sedikit jus jeruk dan papaya yg saya campurkan antibiotik di dalamnya. Saya membujuknya dengan berbagai macam bentuk cara minum, dari gelas bebek, sedotan, sendok, sampai dot. Semuanya ditolak mentah2. Kondisi badannya memang telah berkeringat tanda telah sehat kembali, namun antibiotiknya harus tetap dihabiskan ssi instruksi Dokter. Akhirnya Teresa tertidur ketika saya tinggal membuat susu di luar kamar. Karena susu telah saya campur dg antibiotik (iya dong, saya tidak menyerah) maka saya berusaha membujuknya meminum susu tsb. Hal ini tidak sulit krn dia biasa meminum susu smbl tidur. Maka saya menemaninya sampai dia meminum sbagian besar susu itu. Sekarang Teresa sedang tidur siang dg cukup nyenyak. Meski terdengar reak dari tenggorokannya dan terbatuk2. dan baru saja saya mendengar penjelasan suami bahwa sebenarnya antibiotik tidak boleh dicampur dg susu krn akan mengurangi khasiatnya. Yang boleh dicampur dg susu adalah puyer. Antibiotic boleh dicampur dg madu atau buah. Hem… berarti ‘perjuangan’ masih panjang, nih! So, wish us luck, friends! Smg akhirnya Teresa bisa total sembuh ya…. Caiyo! *O*

2 komentar:

antonwk mengatakan...

Semoga Teresa cepat sembuh ya, Ella :) Salam, Wiwan (F.Psi Atma '95)

Marooned Mom mengatakan...

Mas Wiwan.. maaf baru baca comment... terima kasih ya... walaupun telat makasihnya... hehehe