Sabtu, 19 Februari 2011

Manusia Biasa

Sudah dua kali komentar yang bernada sama terlontar, dari dua teman yang berbeda, kepada saya. Kalau disatukan kira-kira begini bunyi komentarnya, "Gue kira elo hebat la, ternyata..." Komentar yang pertama tentang profesi sebagai FTM (full time mom) dan komentar yang kedua berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai freelancer. Dan kedua komentar itu membawa dua respon yang berbeda dan membuat saya sadar ada yang berubah dalam diri saya.

Pada komentar pertama, teman saya heran bahwa ternyata saya (masih) menyimpan kegelisahan berkenaan dengan pilihan saya menjadi FTM, misalnya seperti kegelisahan memiliki karier dsb. Keheranan teman saya itu terjadi karena dia menyangka saya bisa menjadi contoh yang baik sebagai seorang yang dengan mantap memilih menjadi FTM. Waktu itu, respon jujur saya adalah saya merasa tidak mampu menjadi yang terbaik dan gagal memenuhi harapan orang-orang di sekitar saya, tidak bisa menjadi yang terbaik diantara yg baik. Entah ya, itulah memang respon otomatis saya pada kebanyakan isu yang mengusik harga diri saya, seremeh apapun itu isu itu kelihatannya. Apalagi isu 'motherhood' menjadi isu yang penting dan sensitif bagi saya. Sangat sombong ya saya. Karena selalu menciptakan topeng, bahwa saya sempurna dan berusaha mencapai image sempurna itu. Selalu merasa senang dan menikmati ketika ada orang lain mengagumi saya. Akibatnya saya jadi sangat 'keras' pada diri saya sendiri, saya jadi punya standar yang tinggi untuk diri saya. Memang saya akui ada sisi positif disini, yaitu menjadi motivasi pemacu prestasi dalam segala hal, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kembali lagi, ketika jatuh atau ketika ada orang lain yg menyatakan bahwa saya tidak memenuhi standar itu, dalam kata lain menyebut bahwa saya tidak sempurna, BAM! seperti ledakan yang menghancurkan diri saya rasanya. Berlebihan? Mungkin juga, karena kadang respon perasaan jujur saat suatu hal penting terjadi memang terasa begitu privat dan heboh.Waktu itu saya merasa kecewa.

Tapi ketika komentar kedua datang, baru-baru ini, ketika seorang teman kerja mengomentari curhatan saya bahwa saya ternyata tidak sesemangat yang dia kira dalam menyeleseaikan suatu pekerjaan. Ternyata saya punya saat-saat down, merasa perlu disemangati. Sangat manusiawi bukan? Dan ketika itu saya langsung tersenyum dlm arti harafiah dan hati, dan berkomentar lewat ketikan tuts keyboard, "Yah, gw emang cuma manusia biasa... gw memang seperti ini... "

Ya! Saya semakin bisa menerima bahwa saya hanya manusia biasa. Tidak berusaha terlalu ngoyo untuk menjadi yang terbaik tapi tetep melakukan usaha yang terbaik.Semakin bisa menerima diri dan mencintai diri apa adanya. Tak ada rasa kecewa yang berlebihan pada diri saya ketika saya sedang tidak semangat atau tidak berhasil pada suatu hal. Ketika saya merasa tidak sempurna dan perlu terus belajar, saya sadar saya menjadi lebih rendah hati (hopefully).

Seperti kutipan lagu 'Shine' dari India Arie berikut ini, yang saya rasa mewakili apa yang saya rasakan :

"..I’m gonna try something new and walk through this day
Like I’ve got nothing to prove, yeah
Although I have the best intentions
I can't predict anyones reactions
So I’ll just do my best
I'll put one foot in front of the other
Keep on moving forward
And let God do the rest

I don’t know what’s gonna happen
That’s alright with me
I open up my arms and I embrace the mystery
I don’t know what’s gonna happen
That’s alright with me
I open up my arms and I embrace the mystery

Just for today
I’m telling the truth like it's going out of style
I'm gonna swallow my pride and be who I am
And I don’t care who don’t like it, yeah
I feel the fear but I do it anyway
I won't let it stand in the way
I know what I must do
There’s no guarantee that it’ll be easy
But I know that it’ll be fulfilling
And it's time for me to show improve

It’s okay not to know
Exploration is how we grow
It’s ok to not have the answer
Cuz sometimes
It’s the question that matters

I don’t know what’s gonna happen
That’s alright with me
I open up my arms and I embrace the mystery
I don’t know what’s gonna happen
That’s alright with me
I open up my arms and I embrace the mystery.."

Jadi saya siap merengkuh misteri kehidupan, menjalaninya dengan usaha terbaik saya dan memasrahkan hasilnya kepada sang Empunya kehidupan. Tidak merasa jengah ketika saya tidak tahu karena memang banyak hal yang masih perlu saya pelajari. Dan terus menikmati menjadi orang biasa.