Senin, 07 April 2014

Lalagu si S15

Sy melangkahkan kaki ke dlm mobil merah. Waduh! Jantung hampir copot krn suara yg berdentum dr speaker segede GABAN. Musik disko? Bukan! Musik remix? Bukan! Jelas, musik dangdut! Haishhh ga nahan bow. Entah karena merasa tdk cocok dg lagunya, atau krn sadar akan ketidakcocokan lagu dg selera saya, si supir mengganti2 ke lagu2 lain bahkan sampai mengganti CD. Iyaaa ini kan jaman digital, mennn! Masak cuma andelin radio atau kaset? Ahhh kurang modern.

Tentang speaker. Speaker mbl merah ini menghabiskan seperdelapan dr bagian belakang mobil. Gedaaa.... yg sy kebayang akan cuma membuat penumpang smkn berdempetan karena seruan supir : 'empat-enam,empat-enam...' hadeh abang supir, kasihanilah penumpang yg udh kayak sarden masih hrs berdempetan dg speaker gaban inih.

Tapiiii supir kan juga manusia... butuh hiburan utk menjaga dirinya tetap waras ditengah himpitan kejar setoran, sepi penumpang, kemacetan yg menggila, dan kadang pula kutipan preman yg berseragam ataupun yg berkostum kasual. Selain hiburan, melihat tampilan speaker yg lengkap ini, terbersit pula, si supir pun ingin eksis. Se-eksis jambul kelimis di kepalanya.
Hihi, apapun itu si mobil merah bertempel stiker S15 yg sy naiki ini akan mengantar sy ke tempat sy beraktivitas hr ini. So, apapun lagunya, yg penting sy akan merevisinya dlm kepala saya, nanti, ketika sy sdh sampai di sana dan bisa mendengar lagu selera sy hehehe....

Jumat, 31 Januari 2014

Aneh?

Kadang aku berharap tidak menjadi manusia yang aneh. Meminati hal yg jarang disukai orang lain. Membicarakan isu yang tidak banyak disentuh orang lain.

Karena menjadi berbeda adalah tugas seumur hidup. Konsekuensi yang harus dilakoni sampai bertemu Ilahi pada akhirnya. Apakah itu merasa kesepian, tidak dipahami, dikucilkan atau dibuang. Intinya sering merasa terjebak dlm kesendirian dan perjuangan yg berapi-api dan sering kali tidak tahan akan panasnya api itu. Karena kemanusiaanku dan keterbatasanku.

Kadang ada masanya aku ingin jadi biasa saja. Tak perlu punya ambisi berlebihan pada suatu hal yg di luar norma, dan bisa terima yg standar dan biasa saja.

Namun pada nyatanya dunia penuh keluarbiasaan, penuh fenomena tak terjelaskan dan prediksi yg selalu berubah. Satu2nya yg konsisten adl perubahan. Jadi bolehlah akhirnya aku mjd aneh, se aneh hidup itu sendiri. Se-asing jalan nasib yg ada di masa depan nanti.

Menjadi aneh, menjadi sendiri, sudah mulai menjadi penerimaan tulus dlm hidupku. Merasa berbeda, dipandang aneh dan tak biasa, sudah mjd hal yg biasa bagiku. Dalam dunia yg ajaib, apapun bisa dilakoni asal membiarkan hati nurani yg mendominasi.

Kosong

Ketika mata menatap namun tak paham apa yg terjadi.
Ketika tangan memeluk namun tak ada rasa di hati.

Ketika kaki melangkah, tapi tak tahu arah mana yg dituju
Ketika mulut berbicara, tapi entah arti yg terucap

Hampa hanya ada udara
Kosong hanya ada kebisuan

Begitu menekan
Membiru beku

Rabu, 29 Januari 2014

Perkosaan

Perkosaan.

Kata yang sungguh mengerikan buat siapapun.

Ditelanjangi, dimasuki tanpa diperdulikan. Dilecehkan. Tidak dianggap. Diinjak-injak. Dianggap tidak ada.

Maka, jika ada yang kemudian menuduh si korban adalah yang memulai dan menginisiatifkan perbuatan bejat ini, tentu orang tersebut mati empatinya.

Jika perempuan berpakaian minim maka dikatakan mengundang dan provolatif sehingga 'mengijinkan' siapapun merendahkan dan menginjak harkatnya.

Namun jika si lelaki yang bertelanjang dada, berpakaian minim apakah dikatakan demikian?

Jika si perempuan mengerlingkan matanya kepada orang yang diminatinya maka ia dianggap kegenitan, 'kegatelan'

Namun jika si lelaki yang mencolek, menyiuli, dan menggoda orang yang ia minati, maka si lelaki dianggap jantan, wajar dan diterima dengan positif, minimal dianggap aksi yg menghibur.

Lihat ketimpangannya?

Tak berlebihan jika seorang aktivis kemanusiaan dan penyintas perkosaan berkata dengan geram, bahwa perempuan telah diperkosa sejak ia lahir.

Diberikan warna pink karena ia bayi perempuan, tanpa peduli mungkin saja dia suka warna kuning, hijau, oranye, dll.

Dibelikan baju-baju yang kiut dan feminin, tanpa peduli mungkin ia butuh celana monyet agar mudah main panjat2an.

Diberikan mainan boneka, masak2an, tanpa peduli mungkin ia pingin jadi insinyur pertukangan atau pembalap mobil.

Ketimpangan ini yang menyebabkan kasus pemerkosaan, yg sudah menjadi kasus yg sering kita dengar layaknya kasus curanmor atau pencopet di angkot.

Karena badan perempuan hanya dilihat sebagai titik yang melengkapi kalimat, bukan subjek yg mjd fokus kalimat.

Karena badan perempuan seakan bukanlah milik perempuan itu lagi, dikontrol sejumlah norma yg tak masuk akal.

Karena harkat perempuan sebagai manusia mungkin hanya Tuhan yg hargai, karena manusia menciptakan sistem patriarkal yg tak habis2nya menempatkan korban perempuan dlm pihak merugi, sengsara seumur2nya dan sepenuh2nya.

Jadi, jika pemerkosaan terjadi, jgn salahkan diri perempuan, karena akar permasalahannya adl pada ketimpangan sosial serta tak adanya penghormatan antar sesama manusia yg berbeda kelamin.

Baju tipis, celana pendek, so what?!

Sabtu, 18 Januari 2014

Berhenti

Berhenti. Kata yg tampaknya lama tidak ada di dlm kamusku. Setelah kupikirkan, sejak SMP setidaknya, aku selalu memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang. Mulai dari kegiatan berorganisasi, ekskul, sampe maen ke rumah temen.

Maka aku paling heran jika ada orang yg mengeluh, aku bosan dan tidak tahu harus berbuat apa.

Buatku waktu yg tersedia haruslah dimanfaatkan. Jangan stagnan.

Kadang di titik2 lelahku aku diam sejenak memikirkan bahwa betapa lelah diriku dan terbersit, mungkin seharusnya berhenti. Namun pemikiran selanjutnya, yang selalu membuatku termotivasi utk terus berkegiatan: jika berhenti berjuang, maka banyak hal yang terlewatkan dan banyak hal yg berkurang kualitasnya. Padahal aku tahu aku bisa berbuat yg terbaik. So, mumpung bisa mengapa tidak?

Jumat, 17 Januari 2014

Konsistensi

Aku hitung namun tak terhitung
Aku menunggu hentinya namun tak kunjung jua

Ku rasa ia pun tahu
Hanya konsistensi yang ia punya

Konsistensi utk hadir
Dengan bijak menakar porsi yg tepat

Konsistensi utk hadir
Tanpa peduli caci dan komentar yg timbul

Lima hari kuhitung
Meski sudah lebih dari itu, kutahu

Semoga konsistensi kehadiranmu
Menjadi teladan bagi hidup manusia

-hujan di hr kelima-

Kamis, 16 Januari 2014

Ulah si hormon

Perasaan hari ini terasa tak terlalu tulus karena diacak si hormon. Yang semenjak sesudah melahirkan tampak semakin eksis menyatakan diri dalam tubuh perempuanku ini. Salah satu kondisi biologis yang ga bisa dihindari sebagai perempuan.

Hal keeksisan si hormon sudah terjadi selama 7 thn-an ini, seusia anakku. Namun akhir2 ini kusadari efek psikologisnya pada diriku. Aku bete sama si hormon karena seakan dia menguasai diriku tanpa aku dpt mengontrol diriku lagi. Siapa sih dia ini? Padahal teorinya dia kan bagian dr diriku mengapa dia begitu mandiri dan kekeuh mengobrak abrik mood ku bahkan kondisi fisikku?

Seperti hari ini hari kedua datang bulanku. Pagi sudah jadi start yang bukan kebiasaanku, ngomel aja bawaannya. Sampai anakku berkata, Mama kok marah2 terus. Ah aku ga pengen dia belajar utk menyerah pd kondisi sehingga aku menghindar menyalahkan si hormon/datang bulanku. Jadi kuhanya bilang, iya mama lago ngerasa sebel terus nih. Dan kucium dia.

Sampai kantor rupanya si hormon masih terus dg misinya mengacak diriku. Meski ga ada hal spesifik yg memicu kebetean, aku merasa kurnag enak hati, meski dg sedikit curcol kepd teman2 di kantor ttg kondisiku, ternyata bisa membantuku coping. Tapiii kali ini kondisi perutku yg mjd kembung dan terasa cepat lapar meski belum jam makan, ternyata tidak dpt dielakkan. Karena bbrp pekerjaan maka makanan berat br bs disantap pada jam makan siang. Jika kondisi normal hal ini tdk akan mengganggu kondisi badanku. Namun ditambah cuaca dingin seharian, aksi si hormon membuatku sakit kepala hampir seharian. Bersyukur semua tugas rata2 diselesaikan dg cukup baik, baik tugas ktr maupun d rmh.

Namun justru ke arah malam terutama setelah makan malam sakit kepala memuncak disertai dentuman di kepala dan memberatkan mata dan tubuh ini serasa amat dingin. Memang faktanya di luar pun angin menderu diiringi hujan yg tak henti. Maka terpaksa kupesan ini itu pd anakku agar ia menyelesaikan rutinitas malamnya sendiri dan aku duluan berbaring, setelah menelan sebutir panadol merah. Obat sakit kepala yg 'terkeras' yg hanya kuminum jika sakit kepala parah dan tak tertahankan seperti ini, jika usaha lain spti mandi air panas dan banyak makan tak juga menyembuhkan.

Lalu kuselimuti dan kuhangatkan badan, sambil berbaring tanpa tertidur lelap. Sampai anakku masuk utk beristirahat setelah menyelesaikan rutinitas malamnya. Aku pun sambil tetap berbaring mulai merasa  sedikit enteng. Dan sempat mendengarkan anakku menghafal perkalian dua utk pelajarannya besok.

Tak berapa lama, si panadol tampaknya ,menang melawan ulah hormon yg mendentumkan kepalaku tadi. Ajaib! Semua sakit kepalaku hilang dan tinggalah rasa kantukku.

Yah, catatan hari ini, tak perlulah malu meminta pertolongan dari luar diriku (si panadol merah) utk mencapai keadaan yg lebih baik. Ada saat percaya pada diri sendiri, ada saat perlu mengulurkan tangan utk mendapatkan bantuan.

Tentagg aksi si hormon vs diriku? Yah, berdamai aja yuk, mon.