Sabtu, 28 Februari 2015

Motivator

Beberapa tahun belakangan ini, muncul beragam motivator. Mulai dari yang bernuansa pengembangan diri, pengembangan bisnis, pendidikan, pengasuhan sampai agamis. Mulai dari yang booming di dumay alias dunia maya sampai yang sudah kondang seantero negri dan diundang ke beragam event prestisius.

Motivator itu sebenarnya profesi apa sih ya? Setelah menekan tuts di mbah googling, saya mendapatkan hasil sebagai berikut :

Motivator adalah orang yang memiliki profesi atau pencaharian dari memberikan motivasi kepada orang lain. Pemberian motivasi ini biasanya melalui pelatihan (training) , namun bisa juga melalui mentoring, coaching atau counselling.(diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Motivator)

Jadi seharusnya tentu profesi ini cukup istimewa dan berguna bagi orang banyak ya. Namun mengapa kebanyakan motivator yang terkenal sekarang kadang suka jadi basi? Setidaknya basi menurut saya loh ya... Tokh penilaian basi atau tidaknya materi seorang motivator agak subjektif juga.

Menurut saya seorang motivator bisa jadi basi kalau :
1. Terlalu mengumbar penjualan dirinya, misalnya saja terlalu lama memaparkan profil dirinya, prestasinya, karya-karyanya.
2. Memiliki materi yang kurang fokus dan segala macam jenis materi dimasukkan ke dalam presentasinya. Misalnya saja di awal bicara mengenai syaraf, lalu tiba-tiba menyajikan lagu-lagu yang bernuansa religi dan mengajak peserta pelatihan/seminar berdoa.
3. Menyampaikan materi-materi yang merendahkan atau bersifat diskriminatif.
4. Hanya mengutamakan ketenaran namun tidak berhati-hati dalam memilih validitas data atau pernyataan yang dikeluarkan.
5. Terlalu bombastis dalam kemasan namun isi materi kurang berbobot baik dalam segi keilmiahannya maupun dari segi logikanya. dll dll...

Motivator yang oke menurut saya? tapi agak keluar dari definisi itu sih... karena menurut saya motivator atau penggerak motivasi diri kita bisa datang dari mana saja. yang utama sih diri sendiri dan pasti orang-orang terdekat kita. bisa sodara, ortu, sahabat atau bahkan orang-orang yg sehari-hari kita temui di sekitar kita tanpa perlu kita kenal dengan dekat. terdengar klise ya tapi menurut saya itu sih arti yang tulus.

Mengapa fenomena motivator ini saya bahas? karena menurut saya cukup menarik melihat betapa banyak komunitas yang membutuhkan beragam motivator untuk membangun motivasi anggota komunitasnya. Betapa banyak orang-orang yang tampaknya sangat haus akan motivasi dan dorongan, namun sering kali si motivator kurang bertanggungjawab dalam membentuk materi-materi motivasinya sehingga menyebabkan diskriminasi dan perendahan terhadap pihak tertentu. Hal ini mungkin terjadi jika si motivator memiliki motivasi yang kurang tepat ketika memutuskan terjun ke area ini, misalnya saja karena dia ingin terkenal sehingga asal saja memilih materi motivasi yang penting terkenal, atau karena ia ingin mendapatkan uang yang banyak, sehingga asal saja memilih materi asal materi itu menjual dan bernilai ekonomi yang tinggi tanpa memperhitungkan efek jangka panjangnya.

Lebih parah lagi jika para peserta seakan-akan dikondisikan berada dalam relasi ketergantungan dengan si motivator, sehingga tidak mampu memberdayakan dirinya setelah mendapatkan seteguk motivasi dari si motivator. Padahal kembali lagi, seharusnya seseorang menjadi tergugah dan semakin mampu berjuang sesudah mendapat motivasi, kan? Semoga tidak salah logika saya.

Yah intinya ini hanya uneg-uneg saya karena melihat begitu banyak motivator berjamuran, motivator-motivator yang menurut saya kurang berkualitas. berangkat dari keahlian yang kurang terasah dan sangat instan. Sehingga dengan mudah memangsa masyarakat umum yang cenderung berkarakter kurang kuat, kurang kritis, dan bisa beresiko terbentuknya opini-opini massa yang menyesatkan, yang tentu mengkhawatirkan.

Jadi selamat mencari motivasi dan tetap kritis ya!

Rabu, 25 Februari 2015

Rencana

Setiap hari, setiap saat saya membuat rencana. Mengapa? Karena kebiasaan. Suatu kebiasaan biasanya ditanamkan sejak kecil oleh orang-orang sekitar kita. Meski untuk kebiasaan perencanaan ini saya ga tau di sisi atau pengalaman (-pengalaman) spesifik apa yang membuat saya memiliki kebiasaan ini. Agak heran juga. Karena kebanyakan sifat-sifat saya yang lain, dengan mudah saya bisa mengidentifikasi cerita-cerita hidup mana saja yang membentuk sifat-sifat itu.

Anyway anyhow, inilah saya dengan kebiasaan merencanakan. Sampai-sampai, saya suka kesal sendiri jika ada rencana saya yang tidak berlangsung mulus. Saya bisa merasa kecewa dan bisa BT (bad temper) dalam menjalani hari-hari saya. Tidak jarang saya suka menyalahkan diri saya atau bahkan menyesalkan mengapa orang lain dan situasi menyebabkan gagalnya rencana saya. saya suka kelimpungan sendiri menghadapi kekecewaan saya ini.

Tentu kondisi kecewa ini tidaklah nyaman untuk saya, dan saya terus bertanya apa yang bisa saya lakukan untuk merasa lebih baik. Dan memiliki kemampuan untuk lebih baik mengelola emosi saya. Lalu saya temukan, bahwa saya seseorang yang bersifat aktif. Sehingga suatu kegagalan menjadi kekecewaan mendalam jika dibiarkan menjadi kegagalan yang kosong. Artinya, misalnya saja ketika saya berjanji dengan seseorang dan ternyata seseorang tersebut terlambat, maka jangan sampai kegagalan ketepatan waktu tersebut membuat saya tenggelam, karena ada waktu yang kosong. Maka mulailah saya membuat rencana-rencana cadangan, agar jika satu rencana utama tidak terlaksana dengan baik, saya masih punya rencana-rencana lain yang bisa mengisi waktu dan tidak terlalu lama memusatkan perhatian pada kegagalan itu.

Selain membuat rencana-rencana cadangan, saya juga meningkatkan pemahaman dan penghayatan saya bahwa memang hanya ada satu hal yang pasti dalam hidup ini, yaitu perubahan. Artinya dalam hidup tak ada satu pun yang pasti sebenarnya (kecuali kematian, itupun kita tidak tahu sama sekali kapan datangnya). Dalam kata lain, selalu ada ketidakpastian dalam rencana-rencana yang saya buat. kalo kata umumnya, manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Ya, memang itulah seninya hidup, selalu ada faktor X yang harus diadopsi. Tokh, Darwin, seorang ilmuwan ternama juga menyatakan bahwa hanya yang terbaiklah yang akan bertahan dalam alam ini (survival of the fittest).

Dengan refleksi-refleksi inilah jadilah saya dengan isi tas yang selalu penuh ketika pergi kemanapun, karena isinya adalah rencana-rencana cadangan yang bisa saya keluarkan ketika saya menemukan celah-celah kegagalan rencana. Karena saya menolak untuk terus kecewa jika ada rencana yang gagal. Dan sesungguhnya bisa diartikan, tidak ada kegagalan yang sesungguhnya melainkan kesempatan-kesempatan yang beragam untuk menjadi lebih baik dalam hidup ini.

Demikian sharing saya, di tengah keterlambatan rencana selama sejam akibat kemacetan pinggiran Jakarta yang menggila.

Selamat berencana dan enjoy your life!