Senin, 13 April 2015

My Remedy

Kemarin saya menghadiri sebuah konferensi. Konferensi pertama saya, sebagai peserta. Ya, semenjak saya menjadi staff satu setengah tahun yang lalu, saya mulai mengenai beragam bentuk pertemuan yang namanya dan contentnya kadang sulit diasosiasikan (karena buat saya intinya sih sharing dan diskusi -- simplisistik me huh?).

Konferensi kemarin saya awali dengan semangat utk belajar karena ada hal2 baru yang saya baru ketahui hari kemarin. Maka seperti biasa saya mencatat (baca : mengetik) dengan semangat. Untuk teman2 yg mengenal saya, pasti tahu persis, saya senang mencatat apapun, mungkin yang sinis bisa mengatakan "setiap kata kamu catat ya..." (padahal sebenarnya iya hihihi)... Ini saya lakukan karena saya sadar saya orang yang mudah lupa dan butuh bantuan visual serta motorik untuk berkonsentrasi mencerna materi. Salah satunya dengan mencatat untuk menjaga saya tetep waspada dan konsentrasi kepada materi yang lalu lalang di depan saya.

Kemarinpun demikian, apalagi memang ada bahan2 yg harus saya transfer ke rekan2 kerja dan akan menjadi bahan kami utk tugas berikut. Maka mengetiklah saya. Samping kanan kiri saya sudah duduk beberapa peserta lain yang kebetulan usianya sudah lanjut dan (tampaknya) masing2 mereka memiliki jabatan yang cukup baik. Ketika melihat saya mengetik, mereka mulai menyatakan ingin meminta copy catatan saya setelah selesai pertemuan. Saya berusaha mengelak sambil merendahkan diri, dengan mengatakan bahwa sebaiknya ibu-ibu bisa minta kepada panitia yang pasti punya catatan yang lebih lengkap daripada saya. Well, mereka tetep pengen mengcopy catatan saya. Meski situasi ini sering saya alami, sebagai konsekuensi orang yang senang mencatat apapun, namun biasanya saya ga terlalu terganggu karena biasanya teman2 yang meminta copy catatan saya adalah orang-orang yang saya kenal sehingga saya tahu pasti tujuan mereka menyalin catatan saya adalah utk belajar. Sedangkan ibu-ibu ini, baru saja saya kenal dan terus terang yang mengganggu pemikiran saya adalah, saya khawatir catatan saya akan digunakan untuk kepentingan yang egois. Contohnya, sebagai laporan mereka ke kantornya masing-masing. Yeah, selalu yang paling membuat kita khawatir adalah kekhawatiran diri sendiri kan, ya? Itulah yang sedang saya rasakan. Saya merasa agak bodoh, dengan memberikan copy itu (meski udah ngerasa ga sreg ya pas melakukannya) apalagi tanpa men-save nya dalam bentuk PDF, agar tidak bisa diutak2.

Tapi memang nasi sudah menjadi bubur dan ga mungkin jadi nasi lagi, kan. Jadi biarlah saya menikmati penghiburan dari serial penghiburan yang biasa saya lakukan ketika lagi butuh mood booster : semangkok mi ayam pangsit dan bacaan bermutu daann... menulis blog ini :D