Kamis, 29 Januari 2009

Face Book

Kira-kira sudah hampir 3 bln ini aku bergabung dalam Face Book. Pertama, aku diinvite oleh siapa, aku lupa. Itu lebih dr 3 bln yl… lalu account di FB terlupakan. Kemudian Maria Herlina (Cici), seorang teman kuliah dulu, meng-invite lg… katanya seru aja utk kontak dg teman2… Tks ya, Ci… emang bener kok. Dengan bergabung di FB, aku jd bs berkontak2 ria dg byk teman yg long lost friend gitu…

Ada temen di sma 3 dulu, yg sma2 hobi melukis hihihi… ada juga tmn di Atma, yg tnyata tinggal di Manila dan sama2 sdg berjuang menhdpi anaknya yg usia toddler… caiyoooo!…hehehe… Ada juga tmn di Ui yg berkutat dg mahasiswa dan pandangan2 uniknya… hihihi…. Terus… ada juga banyak tmn laen yg udh sekian lama ilang kontak, eh ketemunya di FB n rasanya kayak ktm di dunia nyata hahaha (apa itu perasaan gw aja yak?)… Maap ga semua kesebut… itu yg diceritan krn sampe berkali2 krm message yg puanjaang2 hahaha…

Belum lg lewat Comment2 status masing2 yg real time…mengomentari seorang teman yg lg takjub memandangi anaknya yg sdg belajar jalan… isn’t it great?... ;) atau mengomentari seorang teman yg lembur di kantornya… atau yg lg bikin kliping di rumahnya, atau… ada yg pengen potong rambut or ngurusin badan or … banyak deh pokoknya…

Ada jg fasilitas Notes, yg sering aku pakai. Fasilitas ini membuat para FB-ers bs membuat catatan pribadi yg bs dipublished atau disimpan privately. Lewat notes ini aku jadi tau banyakkk temen2 yg sayang sm aku n Teresa, wkt aku bercerita ttg sakitnya Teresa…. Tks for all! J

Notes bs mengantar kt ke dlm pikiran tmn2, dari yg bersifat domestik sampai mendunia… Notes seorang teman lain membuatku tau betapa berharganya seorang alm. Ibu mertuanya. Notes teman lain membuatku tau akan betapa kompleks dan penuhnya pelanggaran kemanusiaan pada perang Israel – Palestina, yg hangat dibicarakan dimana2 itu… Notes juga sering aku gunakan utk membagi hal2 simpel namun ternyata ckp menarik perhatian tmn2ku… spt masak mi instant swaktu mati lampu hehehe …

Fasilitas yg ga kalah seru adalah bs mengirim berbagai hadiah virtual juga bergabung dan menjadi fans berbagai macam hal (dari orang terkenal sampai produk makanan). Fun lah intinya… makanya booming banget ya kayaknya FB itu…

Pokoe singkat kata… FB itu memang cucok utk kita2 yg cari hiburan di waktu luang or runnin away dr tugas (wakakakak) plus me-maintain hubungan pertemanan bahkan persaudaraan.

Hal lain yg ckp menarik aku tangkap dr penggunaan FB adl sifatnya yg instant… khas jaman digital modern sekarang ini… Memang mudah utk menarik byk org krn sifatnya yg sangat mudah diakses serta memancing org utk terus mengisi status nya yg memang real time itu… apalg yg punya mobile FB wah… lucu aja ngeliat statusnya jd kayak orang chatting… hehehe bahkan ada sodaraku yg cerita kalo saking demam FB sdg melanda, maka bs2 aja tuh org berhadap2an lg ngopi di cafĂ© tp tetep jari tangannya sibuk ketak-ketik comment FB di hp atau blackberry-nya… Hem… watta phenomena yaksss…. Hihihi
So how bout u guys? Ada yg addict sm FB juga? Or so-so… biasa2 aja? Please share… I’d love to hear it… ;)

PERAMAL TAK SELALU BENAR

Meski tidak merayakan Imlek, thn ini aku dan keluarga turut bergembira dan meramaikan hari libur Imlek. Kata seoran peramal, thn Kerbau Tanah ini adalah thn yg sulit, lebih sulit dr thn sblmnya. Yah, namanya ramalan… percaya ga percaya… tapi… ada beberapa hal yg aku dapatkan di hari pertama pada thn baru Cina ini… Let me share it with u guys…

Pertama : Peganglah teguh tujuan yg kita telah tetapkan, sesulit apapun jalannya, maka kita akan mendapatkan buah manisnya.

Lesson learned ini aku dapatkan dari pengalaman hari ini. Sejak kemarin, aku dan suami memang merencanakan ingin jalan2 ke sebuah mal yg baru di daerah Jak Ut, dalam rangka mencari suasana Imlek, terutama Barongsay-nya. Mengapa? Karena Teresa, anak kami, suka sekali dengan Barongsay. Hehehe….

Maka sejak Teresa bangun, pukul 7.30 pagi, segala sesuatunya diatur utk rencana tsb, mengejar Sang Barongsay.Tp yg namanya rencana dengan seorang batita, ya ga bs berjalan semulus mengatur diri sendiri. Ada2 saja tingkah Teresa, seperti mogok disuapi sarapan, padahal baru dua suap yg masuk ke perutnya. Atau melempar bola ke arah makanannya (hihihi ini salahku sih, memberikannya bola sambil makan. Maksudnya sih spy lbh lancar makannya… hehehe pembelaan diri yg tak benar…). Setelah segala ini-itu, akhirnya acara makan selesai pukul 9.30. Hehehe, lama kan… ya itu termasuk acara menyiapkan makanan utk kami bertiga serta Teresa minum susu, rutinitas paginya. Lalu acara dilanjutkan mandi, berdandan dsb… Ketika kami akirnya siap utk masuk ke mobil… tebaklah saudara2… ada bangkai t*k*s di dekat mobil kami…. So…. Mau tak mau suamiku beserta dua asisten rumah tangga kami membersihkan bangkai tersebut…

Sambil menunggu semuanya beres, aku menyuapi Teresa dan juga memberi makan diriku sendiri, yg rasanya mulai masuk angin. Maka setelah ini-itu lagi, kami kira2 berangkat pukul 13.30 dari rumah. Semenit setelah lepas landas dr rumah, Teresa nampak gelisah. Rupanya ia ingin BAB… So kami harap2 cemas akan kehadiran tamu yg *** itu. Ketika masih di jalan tol, Teresa menyatakan sudah merampungkan tugasnya, maka kami sibuk mencari toilet umum utk bersih2.

Akhirnya kami memutuskan keluar tol dan memasuki sebuah ITC di daerah Taman Mini. Setelah menemukan toilet, aku yg blm terbiasa mempergunakan toilet umum utk Teresa, menghadapi tantangan baru. Tantangan itu mgkn tdk berarti bg byk Ibu lainnya, namun aku sgt nervous dg kebersihan dsb. Maka, aku merasa suatu prestasi bs menyelesaikan acara di toilet umum itu dg ckp sukses hehehe. Setelah 2 atau 3 kali mencuci plus melap tangan Teresa, sampai pada akhirnya Teresa bilang “ga mau cuci tangan lagi, Mama.” Hahaha, Teresa aja sampai tau aku parno… ya begitulah adanya…;))
Setelah bertemu kembali dg suamiku di lobby, maka kami pun menuju parkiran utk meneruskan perjalanan kembali ke Mall Sang Barongsay. Namun on d way, Teresa amat tergoda utk menaiki mobil2an di arena bermain yg kami lewati. Kami pun tak sampai hati menolaknya. Maka jadilah suamiku menemani Teresa bermain mobil2an batere itu selama 15 menitan… Wah, tak heran, Teresa senang sekali. Dia sedikit merasa tersanjung, ketika Papa bilang, “Wah, Teresa hebat bisa menyetir mobil sendiri…” Tapi Teresa memang pintar, “Itu kan (karena) Papa pencet-pencet (remote)… kalo ga, ga bs jalan (mobilnya).” Wahahaha, kami berdua tak sanggup menahan tawa dan rasa bangga pastinya, memiliki anak secerdas Teresa.

Maka pukul 15.30 kami lepas landas menuju Mal Sang Barongsay…Dan dg sukses Teresa tidur di mobil. Perjalanan berlangsung mulus dan kami pun tiba di Mal tsb. Teresa terbangun ketika aku mencoba menggendongnya utk dibawa turun. Matanya langsung membesar ketika tahu telah tiba di Mal Sang Barongsay. Karena waktu menunjukkan pukul 16.30 an, maka kami memutuskan mencari tempat makan bagi Teresa dahulu. Karena waktu makan Teresa adalah pukul 17.00. Ya, memang, waktu makan adalah hal yg paling kami utamakan ketika membawa Teresa pergi. Sambil mencari tempat makan, kami melewati berbagai arena permainan yg ckp khas di Mal ini, ada wahana2 yg biasanya ada di theme park, cm ya itu… adanya di dlm Mal… Teresa ternganga melihat hiasan patung spektakuler yg ada di arena bermain di lantai 1, dekat dengan tempat kami makan. Untung saja, ia telah beristirahat, jadi tidak rewel ketika kami berkata utk makan dulu sebelum bermain. Maka kami melewati acara makan tanpa kendala berarti. Teresa pun cukup senang bermain di arena bermain dengan modal (hanya) 20 ribu rupiah… hehehe…

Dan, inilah buah manis yg kami tunggu2… Ada pertunjukkan Barongsay! Teresa sangat excited. Sampai2 tidak mau meninggalkan tempat meski jam sudah menunjukkan pukul 21.00 dan aku tak kuasa menahan kepalaku yg sedari tadi berdenyut krn sakit kepala. Akhirnya Teresa berhasil dibujuk utk pulang. Fiuh…. Watta day, huh?! Yah, but Sang Barongsay pay it all… It’s a very good show to end this special day. Barongsaynya lucu, bagus dan spt biasa mengagumkan, seperti pertunjukkan akrobat lainnya. Teresa tak melepas sedetikpun pandangannya dari 3 ekor Barongsay yg beratraksi tanpa kenal lelah. Teresa sangat senang, sll berusaha meraih bagian tubuh si Barongsay, yg meliuk tanpa henti. Ketika sampai di mobil dan bersiap pulang, Teresa bernyanyi kecil, nyanyian yg baru kami dengar pertama kali dan menunjukkan memorinya akan barongsay yg baru disaksikannya. Ia lalu berceloteh tentang Sang Barongsay, tentang tarian dan gerakannya. Ia sangat senang dan puas. Begitu pula kami. Meski lelah, semua terbayar, lunas, dan tunai. So… jalanilah jalanmu, tak perduli hujan badai menghalang, makan buah manis lah yg akan kau dapat… Believe it!

Kedua : Jarak dan Waktu tak akan menghapus niat jalinan persahabatan.

Ketika berada di jalan menuju Mal Sang Barongsay, aku menerima SMS dari dua teman baikku, Ade dan Achong (Marlev). Meski mereka tak saling mengenal, kuundang saja keduanya utk bertemu di Mal tsb. Singkat kata, kami tidak bertemu, meski keduanya NYARIS bertemu dgnku… Eh…. Malah bertemu dgn seorang teman baik lainnya, Tirza… hahaha nice…. A Very Nice Day! Tks to God 4 it! Meski cuma sekitar 10 menit mengobrol, kejadian tsb membekas dan membawa harapan, bahwa aku masih punya kesempatan bertemu dg para sahabat hati (Miss u all my dear Friends! Where ever u are…).

“Kau masih di sini, kau masih berdiri … (ga hafal hihihi) na na na, Arti Sahabat….” (Nidji).

Malam itu, aku menonton tv sambil bersantai stlh Teresa tertidur dg pulas di kasurnya. Pertunjukkan tv menutup hariku dengan manis. Nidji feat. bbrp anjal dr sbuah rmh singgah, dan serta duet Rossa feat. Afgan di sebuah tv swasta… yg kembali mengingatkanku secara puitis bahwa :

“ Laskar Pelangi dan Arti Sahabat adalah sebuah Dream yg harus Dipercayai dan bisa Come True, meski Hope is Frail … Menarilah dan terus tertawa, meski dunia tak seindah surga. Bersyukurlah pada yg Kuasa, cinta kita di dunia… selamanya…”

(Rangkuman Bebas dari : Arti Sahabat & Laskar Pelangi - Nidji, You Will When You Believe – Whitney Houston & Mariah Carey – yg dinyanyikan kembali oleh Rossa feat. Afgan…).

So, aku rasa thn ini tidak akan seburuk yg diramalkan si peramal itu. Hari pertama di thn Cina memberikanku clue, bahwa thn ini akan ttp berbuah manis bila terus berusaha dan aku tetap punya serta bs berjumpa dg teman2 baikku. And that’s enough for me to say, I’ ll have a good times 4 this year. I hope you all guys have the same hope as I do. Have a wonderful days!

Love,
Ella
26 Jan 09

Jumat, 23 Januari 2009

Teresa sekarang sudah besar!

Teresa, anakku, sekarang sudah berumur 2 tahun 7 bulan. Terasa sekali ia sudah berkembang menjadi seorang anak kecil yang selalu berusaha mandiri. Bukan lagi seorang bayi yang selalu ‘menempel’ sama Mamanya.

Ada banyak hal yang telah Teresa bisa lakukan sendiri. Meski dengan kekurangan di sana-sini. Tapi semua kan memang memerlukan proses belajar, bener ga?!

Teresa sudah bisa menggosok giginya sendiri. Kemampuan ini telah dilakukannya dengan konsisten hampir sebulan terakhir. Ia selalu meminta aku menemaninya menggosok gigi. Memang sih, sering kali aku merasa tidak yakin dengan kebersihan hasil sikatannya. Maka sering kali aku memintanya untuk membiarkan aku membantunya menggosok giginya. Namun semakin sering ia menggosok giginya sendiri, ia pun nampak semakin mahir menggosok gigi dengan menyeluruh. Tadinya ia nampak kesulitan dan belum bisa menggosok giginya yang bagian atas dalam. Setelah beberapa kali diajarkan, ia pun bisa menggosoknya dengan cukup baik. Ya memang belum seperti kemampuan orang dewasa ketika menggosok gigi, namun buatku, Teresa telah cukup baik menggosok giginya mengingat usianya yang baru 2 tahun 7 bulan itu.

Lalu Teresa juga sudah bisa makan sendiri dengan sendok dan tangan. Hal ini memang kurang konsisten ia lakukan. Artinya hanya ia lakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti ketika ia menyukai makanannya dan kadang-kadang ketika ia makan sore bersamaku di ruangan yang lebih kecil (karena kalau siang, ia makan di luar dan pasti ingin bermain dengan Mbak-nya). Ia dapat memegang sendok dan memasukkan makanannya ke dalam mulut dengan baik. Secara umum ia pun makan dalam jangka waktu yang lebih cepat dari sebelumnya, kira-kira 30 menit (sebelumnya berkisar 1 jam-an). Ia pun sekarang ini memiliki nafsu makan yang cukup baik sehingga berat badannya mencapai 15 kg. Sedari bayi pun ia tidak memiliki masalah pilah-pilih makanan. Hal ini terjadi mungkin karena semenjak di kandungan aku pun tidak memilih-milih makanan yang aku makan. Karena memang pada dasarnya aku suka makan makanan apapun, hehehe.

Teresa bisa berhitung 1 – 11 dalam bahasa Indonesia. Kemampuan berhitung 1 – 10 telah ia miliki sejak berusia 1,5 tahun. Sekarang ia juga bisa berhitung 1 – 10 dalam bahasa Inggris, meski kadang kurang lancar. Ia juga mengenal berbagai bentuk (bulat/lingkaran, bujur sangkar/kotak, bintang, hati, sabit) dan warna (merah, kuning, hijau, ungu, orange/jingga, yang kadang lupa-kadang ingat, sesuai mood-nya). Kalau huruf, ia sudah bisa mengikuti lagu huruf a-z namun belum sempurna. Ia memiliki minat yang besar dalam melakukan tugas pensil-kertas, misalnya seperti menulis (dengan bentuknya sendiri), mewarnai, menggambar, melukis, dan sebagainya. Saat ini, ia sangat suka menggunting dan menempel. Tentu dalam pengawasan saya. Semua kemampuan dan ketertarikannya dalam belajar adalah buah dari usahaku mengenalkan berbagai materi serta kegiatan itu semenjak dini, melalui berbagai media seperti buku dan vcd.

Teresa senang bernyanyi sambil menari. Ia paling senang dipasangkan kaset Sherina “Jika aku besar nanti”. Kaset ini adalah kasetku dulu. Aku senang bisa mewariskannya kepada Teresa. Dia amat menikmati kegiatannya dengan kaset ini, yaitu bernyanyi dengan mikrofon (yang sebenarnya adalah kaki bangku plastiknya) dan menari berputar-putar ruangan dengan berbagai gaya. Kegiatan ini bisa membuatnya asik sendiri. Pada awalnya aku yang mengenalkan berbagai gaya dalam bernyanyi, namun akhir-akhir ini ia amat senang mengembangakan gaya bernyanyinya sendiri. Wah, suatu hiburan yang ga ada bandingannya deh, kalo melihat dia menari dan bernyanyi. Indonesian Idol aja kalah, deh… hehehe (lho kok, patokannya Indonesian Idol, sih?! *bingung sendiri*)

Teresa juga sangat senang bermain bola, play doh, dokter-dokteran, masak-masakan, boneka (terutama Papa Beruang, si Guk-guk Anjing, dan Pooh), ayunan, perosotan, dan sebagainya. Tentang bermain bola, aku punya catetan tersendiri, nih. Teresa itu bisa dibilang baik dalam bermain bola. Ini bukan cuma pendapatku, lho. Tapi juga komentar yang diberikan Om dan Mbak-nya Teresa. Om-nya Teresa (suaminya adikku) bilang, tendangannya Teresa kencang dan berkekuatan. Memang, menendang bola adalah kegiatan pertama Teresa ketika dibelikan bola oleh kami, orangtuanya. Entah bagaimana, memang ia suka bermain bola dan menendangnya dengan cukup kencang dan kuat. Lalu selain itu ternyata baru-baru ini, Teresa punya keahlian lain. Tak seperti biasanya, pada suatu siang, Teresa meminta bermain bola dengan menggunakan pemukul, yang merupakan kaki kursi plastiknya, yang biasa digunakan sebagai mikrofon itu (multifungsi bukan, kaki kursi itu? Hahaha). Pada awalnya aku dan Mbak-nya meragukan kemampuannya memukul bola dengan pemukul tersebut. Benar saja, ketika ia mencoba ternyata ia belum bisa memukul bol secara akurat dengan pemukul tersebut. Dari celotehannya, ternyata aku baru tahu bahwa ia berkeras menggunakan pemukul untuk bermain bola, karena ia ingin bermain baseball, seperti anak-anak yang ada di dalam vcd-nya. Lalu Mbak-nya memiliki ide untuk mengajarkan Teresa memukul bola seperti orang bermain kasti (yah, sodaraan sama baseball, kan). Ternyata sekali diajarkan, Teresa langsung bisa, loh! Wah, kami berdua (aku dan si Mbak) takjub dengan kemampuannya. Sampai-sampai aku kepikiran untuk mencari klub olahraga untuk Teresa. Heheheh…

Selain begitu banyak sisi positif yang Teresa perlihatkan, ada beberapa aspek yang masih perlu dikembangkan untuk membuatnya semakin mandiri. Yaitu kebiasaan minum susu dari botol, tidur dengan minum susu dari botol, serta toilet training. Kebiasan-kebiasan tersebut memang sulit bagiku untuk menghilangkannya, artinya aku belum menemukan titik terang dalam menghilangkan atau sekedar menguranginya. Kebiasaan minum susu dari botol memang merupakan kebiasaan yang aku perkenalkan semenjak aku menyapihnya. Waktu itu aku belum memiliki pengetahuan seperti sekarang ini, bahwa ada pilihan lain selain memberinya botol susu sebagai pengganti kegiatan menyusui. Dan sekarang ini aku belum menemukan cara yang tepat untuk mengurangi atau menghilangkannya. Secara bertahap aku dan suami akan mulai memikirkan caranya. Demikian juga kebiasaan tidur dengan botol susu. Tentang toilet training, dari berbagai info yang saya baca di internet, sepertinya dalam beberapa aspek Teresa memang belum siap untuk itu. Penjelasannya mungkin akan saya tuliskan di tulisan lainnya.

Yah, saya rasa demikian up dating perkembangan Teresa. Merangkum yang selama ini terjadi pada Teresa telah membuatku menyadari betapa sudah besarnya anak yang kurawat sejak masih dalam kandungan. I love you, Teresa.

Kamis, 22 Januari 2009

Two Children

I’m in the car, but not moving
Hundreds of people surrounding our car
Feels like trapped
Feels can not breath
Even a little bit panic inside
Don’t know where to go

Slowly…
I saw a peacefully scenery

Two children playing cooking game
They have their own world
They enjoy and cherish every moment of it

The boy hold a cooking pan
The girl hold a bigger bowl
They look like cooking soup
The water looks brown, the vegetables looks purple
Hem, watta a delicious meal, they think

As they play
All the people around them busy rushing and searching for things
But they just don’t care
They only play what they like
They never lie of anything
They free to be who they are
They can find a peacefull place inside them
No gold wanted
Only happiness they search

Could we stay and be like them?
That think simple and honest all the time
No need to keep anything in the name of some values
Live in a peacefull world
No worries, no boundaries from others
No need to fuss any targets

In the super-crowded area and stucked position
No need to feel unbreathable
No need to feel panic
Cos somehow you’ll find your peacefull energy
From other source or from inside of you
That u might not expected
Breath in
And be optimistic again
Soon you’ll have the right getaway

Ella
311008
(One fine day with my husband and my lovely daughter, when we went to the zoo)

Selasa, 13 Januari 2009

Semangkuk Mi Instan

Siang ini, seperti biasanya, aku sedang menikmati me-time ku selagi anakku tidur. Listrik mati semenit yg lalu. Aku pun tak bisa menyalakan teman baikku di kala senggang, laptopku si compaq. Koneksi ke dunia maya pun terputus. Mataku enggan terpejam meski telah berbaring di kasurku yg nyaman. Maka muncullah ide yg tertunda sebelumnya. Makan mi instan hangat sambil membaca majalah dengan artikel berbobot yg sudah lama tak tertuntaskan.

Maka aku pun cepat2 menyiapkan mi instan rasa basic kesukaanku (mi kuah rasa ayam bawang merk s*p*rmi), sebelum anakku bangun. Untuk memasak mi instan, aku punya cara tersendiri loh... mau coba? Monggo... berikut caranya :

1. Supaya mengurangi bahan pengawet pada mi, maka biasanya aku membuang air rebusan yang pertama kali digunakan utk membuat mi. Biasanya setelah air tampak kekuningan, air rebusan akan kubuang. Lalu masukkan air yg baru untuk merebus seperti biasa.

2. Supaya rasa mi instan tidak standar dan tidak terlalu gurih karena penyedap, maka biasanya saya menambahkan berbagai bahan, seperti tomat, daun bawang, daun sledri, bawang bombay. Biasanya tergantung dg bahan apa yg ada di kulkas hehehe. Bisa salah satu, salah dua, atau salah semua eh, maksudnya dimasukkan semuanya ke dalam mi instan.

3. Kalau ingin lebih berisi, mi instan bisa juga ditambahkan telur.

4. Jadilah mi instan yg memikat hati.... hihihi

Setelah mi instan ini jadi, maka aku membawanya ke tempat duduk favoritku, dan mengambil majalah yg sudah lama ingin kutuntaskan. Maka kira2 dalam waktu setengah jam, aku pun asik dengan kegiatanku ini, makan mi instan dan membaca. Hem, ternyata matinya listrik tetap bisa membuatku menambah asupan perut dan otak loh... hehehe. Bahkan mendapat ide beberapa topik tulisan. So, kalau kapan2 listrik mati... jangan mati gaya... beralihlah ke mi instan dan buku2 anda... hehehe ;)

Minggu, 11 Januari 2009

Suamiku Suamimu

Pagi ini seperti biasa, sehabis memandikan anakku, aku membereskan kamar mandi yang penuh dengan berbagai permainan air dan satu bak mandi penuh air sabun. Hari ini adalah hari Senin pertama di tahun 2009. Kalau aku bekerja sebagai seorang karyawan, pasti pagi ini aku mengalami sindrom ‘I hate Monday’, apalagi setelah libur panjang akhir tahun. Tapi aku adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak mengenal libur dan hari kerja. Setiap hari adalah hari kerja bagi para ibu rumah tangga. Aku pun berandai-andai. Jika saja hari ini adalah hari libur maka akan ada suamiku yang membantuku memebereskan kamar mandi atau hanya sekedar menemani anak kami bermain sehingga aku memiliki waktu yang lebih leluasa. Namun hari ini adalah hari Senin, jadi tak ada suamiku yang bisa menjadi asisten sementara. Meski ada Mbok Yem, yang membantu pekerjaan mencuci, memasak serta membersihkan rumah, namun semua keperluan Naya, anakku, aku yang melakukannya sendiri.

Tiba-tiba aku teringat percakapanku dengan seorang kenalanku di dunia maya. Dia juga adalah seorang ibu rumah tangga seperti aku. Kami berkenalan lewat sebuah mailing list (milis) yang mengampanyekan pentingnya ASI bagi ibu dan bayi. Setelah beberapa kali bertukar pendapat mengenai berbagai macam isyu pengasuhan bayi, kami pun ber-kopi darat pada suatu waktu. Nah, percakapan pada waktu kopi darat inilah yang kuingat sekarang ini. Karena berhubungan dengan suami yang tadi kuharapkan bantuannya itu.

Hari itu hari Minggu siang yang amat panas. Beruntunglah kami bisa duduk dengan nyaman di dalam ruangan ber-AC ditemani berbagai makanan enak serta minuman segar. Mbak Di, begitu aku menyapa temanku itu, sedang sibuk dengan anaknya, Rafa yang baru berusia 8 bulan. Sedangkan anakku, Brigita, sedang asyik bermain bersama suamiku di sebuah arena bermain, tak jauh dari restoran tempat kami duduk sekarang ini.

Mbak Di berkomentar sambil menyuapi Rafa, “Enak ya, kamu punya suami seperti itu..”

“Maksud Mbak seperti itu apa, Mbak?” tanyaku penasaran.

“Itu lho, mau diminta jagain anak… kan ga semua suami seperti itu,” jelas Mbak Di, dengan suara agak mengecil dan sedikit menerawang.

“Memang saya bersyukur punya suami seperti Mas Dika, Mbak. Karena dia ‘care’ sekali sama urusan anak, termasuk untuk menjaganya,” kataku menimpali.

“Coba ya suamiku seperti Mas Dika…” kata Mbak Di menerawang.

“Emang suami Mbak kenapa?” kataku ingin tau.

“Begini Niek, suamiku itu ga peduli sama sekali dengan urusan rumah tangga. Dia itu masih kolot. Dia menganggap semua urusan rumah dan anak adalah urusanku. Untung anakku baru satu, coba kalau nambah lagi, wah makin pusing deh aku!” sahut Mbak Di panjang lebar.

Aku tidak terlalu terkejut mendengar penjelasan Mbak Di, karena aku pernah mendengar suami semacam itu sebelumnya dari beberapa temanku. Aku menimpalinya juga dengan penjelasan panjang lebar tentang suamiku, “ Tapi Mbak, ga selalu enak kok punya suami kayak Mas Dika. Kadang-kadang aku ngerasa Mas Dika terlalu over-involved, sedikit salah dalam mengatur urusan rumah tangga pasti dimarahinya. Bosan aku. Jadi kesannya aku selalu harus sempurna. Padahal manusia kan ga sempurna, ya Mbak. Ah, bukannya aku ga bersyukur. Aku senang punya suami seperti Mas Dika, yang sangat saying dan peduli pada anak dan istri. Hanya kadang aku cape kalo setiap kali melakukan keteledoran, pasti deh dia ngomel… Coba Mas Dika cuek dikittt ajaa…. Jadinya aku ga selalu ngerasa was-was kalo aku ga sengaja berbuat salah…”

“Waduh, Niek. Jangan merasa seperti itu. Aku yakin Mas Dika ga mau kamu merasa demikian. Pasti dia cuma pengen yang terbaik untuk kamu dan anakmu. Ga usahlah terlalu dimasukkan ke hati. Lebih enak punya suami yang terus ngomeli kamu karena peduli, daripada punya suami yang nanya tentang anak aja jaraaannng banget. Ya, kayak suamiku itu…. Yang taunya pulang kantor, nyampe rumah, makan, mandi, nonton tv atau baca koran, dan tidur. Nengok anak pun cuma sebentar. Jarang ngajak maen. Kasian Rafa…. Kan pengeng juga sekali-sekali bercanda dan bermain sama Ayahnya. Tapi ya itu, Niek. Kalo aku ingatkan, Mas Dodi hanya bilang kalau dia sudah lelah seharian bekerja dan ingin cepat-cepat beristirahat serta berpendapat bahwa Rafa sudah cukup bermain dengan aku seharian…” demikian tanggapan Mbak Dini yang sekaligus merupakan curahan hatinya, yang rupanya telah lama dipendamnya.

“Hem…, iya ya Mbak. Ada benernya juga ya. Kalo dipikir-pikir emang sih enakan ada yang peduli, meski pedulinya kadang-kadang ya itu, nyebelin. Mungkin kayak minum obat kali ya… meski pahit tapi membawa ke keadaan yang lebih baik.” Kataku merasa agak bersyukur dengan adanya Mas Dika.

“Iya, Niek. Bener itu… Tokh kan Mas Dika ga selalu marah kan, pasti ada ketawa-ketiwinya juga kan….” kata Mba Di menyetujui.

“Iya, Mbak bener juga… emang ga lama sih dia kalo marah… besoknya palingan jug sudah becandaan lagi… Oya, Mbak udah coba membicarakan uneg-uneg Mbak ini kepada Mas Dodi? Siapa tau suami Mbak mau berusaha berubah dan lebih peduli dengan kegiatan rumah tangga, terutama membangun hubungan ayah-anak yang lebih dekat dengan Rafa…” kataku berusaha menyarankan.

“Ya itulah Niek. Aku memang belum mencoba, karena energiku sehari-hari sudah habis rasanya untuk mengurus Rafa dan rumah. Aku juga takut jadinya berantem dengan Mas DOdi kalau hal ini aku bicarakan. Aku belum ketemu waktu dan cara yang pas untuk bicarain ini, Niek… ya doain aja ya, supaya aku bisa berani dan nemu cara serta waktu yang pas untuk bicarain hal ini ke Mas Dodi.” jelas Mbak Di.

“Ya Mbak, pasti aku doakan. Yah, emang manusia ga ada puasnya ya, Mbak. Kayaknya berlaku tuh pepatah waktu kita SD, rumput tetangga selalu lebih hijau… Suami orang selalu tampak lebih baik daripada suami sendiri… hahahah…” kataku berusaha menyimpulkan percakapan kami.

“Hahaha… iya, Niek. Kamu bisa aja…. Yang penting kita berusaha yang terbaik ya, untuk anak dan suami..” kata Mbak Di mengiyakan kata-kataku.

Itulah sepenggal percakapanku dengan Mbak Di, yang membuatku selalu semakin bersyukur memiliki suami seperti Mas Dika. Meskipun sering merasa kesal karena Mas Dika mengomeli aku hanya karena hal sepele, namun aku sadar omelannya itu adalah bentuk dari kepeduliannya. Jadi aku tidak lagi terlalu menyimpan kekesalanku ini. Dengan kritikan serta masukan dari Mas Dika, aku berusaha menjadi seorang istri dan ibu yang kian hari kian baik dari sebelumnya.

Rabu, 07 Januari 2009

Once Upon A Time

Once upon a time
I had a place that I called home
It filled with people I knew
People that had same interest as I

Its the place where my soul grew
The place to share with
The place of love

As I grew
I learn that I have many homes of interests
That made me realize that the world is larger than I had been imagined before

As I grew
I learn to see things differently as the people, once I called my family
I learn to see things differently
I learn to set priorities
Learn to let go
Learn to see&accept that some stays
some must go

As I grew
I learn to see things in many aspects
through different point of view

As I grew
I have different opinions about many things
Things that I once loved n be my most of all above anything
became the last priority of life
I learn to put many things that once I adored so much
Learn to live realistically

Cos life change
That's the only thing constant in life
Change

There will another 'Once upon a time...' in the future
When I'll see over my shoulder
n maybe give a big grin
or teared apart
I dont know yet

But
I learn
My "Once upon a time..."
Has mold me into who I am now

Selasa, 06 Januari 2009

Pernahkah

Pernahkah anda...
merasa sangat penuh
pengen itu
pengen ini
merasa banyak yg pengen diraih
yang itu
yang ini
merasa banyak hal yg menarik utk dilewatkan
tp ya harus dilewatkan juga krn satu dan lain hal
pernahkah anda...
merasa ingin dan bisa meraih bintang nun jauh di angkasa
tp ternyata bintang terindah itu ada disamping anda
pernahkah...