Kamis, 16 Januari 2014

Ulah si hormon

Perasaan hari ini terasa tak terlalu tulus karena diacak si hormon. Yang semenjak sesudah melahirkan tampak semakin eksis menyatakan diri dalam tubuh perempuanku ini. Salah satu kondisi biologis yang ga bisa dihindari sebagai perempuan.

Hal keeksisan si hormon sudah terjadi selama 7 thn-an ini, seusia anakku. Namun akhir2 ini kusadari efek psikologisnya pada diriku. Aku bete sama si hormon karena seakan dia menguasai diriku tanpa aku dpt mengontrol diriku lagi. Siapa sih dia ini? Padahal teorinya dia kan bagian dr diriku mengapa dia begitu mandiri dan kekeuh mengobrak abrik mood ku bahkan kondisi fisikku?

Seperti hari ini hari kedua datang bulanku. Pagi sudah jadi start yang bukan kebiasaanku, ngomel aja bawaannya. Sampai anakku berkata, Mama kok marah2 terus. Ah aku ga pengen dia belajar utk menyerah pd kondisi sehingga aku menghindar menyalahkan si hormon/datang bulanku. Jadi kuhanya bilang, iya mama lago ngerasa sebel terus nih. Dan kucium dia.

Sampai kantor rupanya si hormon masih terus dg misinya mengacak diriku. Meski ga ada hal spesifik yg memicu kebetean, aku merasa kurnag enak hati, meski dg sedikit curcol kepd teman2 di kantor ttg kondisiku, ternyata bisa membantuku coping. Tapiii kali ini kondisi perutku yg mjd kembung dan terasa cepat lapar meski belum jam makan, ternyata tidak dpt dielakkan. Karena bbrp pekerjaan maka makanan berat br bs disantap pada jam makan siang. Jika kondisi normal hal ini tdk akan mengganggu kondisi badanku. Namun ditambah cuaca dingin seharian, aksi si hormon membuatku sakit kepala hampir seharian. Bersyukur semua tugas rata2 diselesaikan dg cukup baik, baik tugas ktr maupun d rmh.

Namun justru ke arah malam terutama setelah makan malam sakit kepala memuncak disertai dentuman di kepala dan memberatkan mata dan tubuh ini serasa amat dingin. Memang faktanya di luar pun angin menderu diiringi hujan yg tak henti. Maka terpaksa kupesan ini itu pd anakku agar ia menyelesaikan rutinitas malamnya sendiri dan aku duluan berbaring, setelah menelan sebutir panadol merah. Obat sakit kepala yg 'terkeras' yg hanya kuminum jika sakit kepala parah dan tak tertahankan seperti ini, jika usaha lain spti mandi air panas dan banyak makan tak juga menyembuhkan.

Lalu kuselimuti dan kuhangatkan badan, sambil berbaring tanpa tertidur lelap. Sampai anakku masuk utk beristirahat setelah menyelesaikan rutinitas malamnya. Aku pun sambil tetap berbaring mulai merasa  sedikit enteng. Dan sempat mendengarkan anakku menghafal perkalian dua utk pelajarannya besok.

Tak berapa lama, si panadol tampaknya ,menang melawan ulah hormon yg mendentumkan kepalaku tadi. Ajaib! Semua sakit kepalaku hilang dan tinggalah rasa kantukku.

Yah, catatan hari ini, tak perlulah malu meminta pertolongan dari luar diriku (si panadol merah) utk mencapai keadaan yg lebih baik. Ada saat percaya pada diri sendiri, ada saat perlu mengulurkan tangan utk mendapatkan bantuan.

Tentagg aksi si hormon vs diriku? Yah, berdamai aja yuk, mon.

Tidak ada komentar: