Rabu, 29 Januari 2014

Perkosaan

Perkosaan.

Kata yang sungguh mengerikan buat siapapun.

Ditelanjangi, dimasuki tanpa diperdulikan. Dilecehkan. Tidak dianggap. Diinjak-injak. Dianggap tidak ada.

Maka, jika ada yang kemudian menuduh si korban adalah yang memulai dan menginisiatifkan perbuatan bejat ini, tentu orang tersebut mati empatinya.

Jika perempuan berpakaian minim maka dikatakan mengundang dan provolatif sehingga 'mengijinkan' siapapun merendahkan dan menginjak harkatnya.

Namun jika si lelaki yang bertelanjang dada, berpakaian minim apakah dikatakan demikian?

Jika si perempuan mengerlingkan matanya kepada orang yang diminatinya maka ia dianggap kegenitan, 'kegatelan'

Namun jika si lelaki yang mencolek, menyiuli, dan menggoda orang yang ia minati, maka si lelaki dianggap jantan, wajar dan diterima dengan positif, minimal dianggap aksi yg menghibur.

Lihat ketimpangannya?

Tak berlebihan jika seorang aktivis kemanusiaan dan penyintas perkosaan berkata dengan geram, bahwa perempuan telah diperkosa sejak ia lahir.

Diberikan warna pink karena ia bayi perempuan, tanpa peduli mungkin saja dia suka warna kuning, hijau, oranye, dll.

Dibelikan baju-baju yang kiut dan feminin, tanpa peduli mungkin ia butuh celana monyet agar mudah main panjat2an.

Diberikan mainan boneka, masak2an, tanpa peduli mungkin ia pingin jadi insinyur pertukangan atau pembalap mobil.

Ketimpangan ini yang menyebabkan kasus pemerkosaan, yg sudah menjadi kasus yg sering kita dengar layaknya kasus curanmor atau pencopet di angkot.

Karena badan perempuan hanya dilihat sebagai titik yang melengkapi kalimat, bukan subjek yg mjd fokus kalimat.

Karena badan perempuan seakan bukanlah milik perempuan itu lagi, dikontrol sejumlah norma yg tak masuk akal.

Karena harkat perempuan sebagai manusia mungkin hanya Tuhan yg hargai, karena manusia menciptakan sistem patriarkal yg tak habis2nya menempatkan korban perempuan dlm pihak merugi, sengsara seumur2nya dan sepenuh2nya.

Jadi, jika pemerkosaan terjadi, jgn salahkan diri perempuan, karena akar permasalahannya adl pada ketimpangan sosial serta tak adanya penghormatan antar sesama manusia yg berbeda kelamin.

Baju tipis, celana pendek, so what?!

Tidak ada komentar: