Selasa, 29 September 2009

Perceraian Itu

Pagi tadi sekilas menyaksikan infotainment. Lagi-lagi, berita klise (so sorry to say its cliche) ttg artis : perceraian.Berita yg sll membuat bete.

Perceraian.Perpisahan, dalam konteks pernikahan tentu. Kata orang, ada pertemuan, ada perpisahan. Tapi saya kira (seharusnya) tidak ada istilah itu dalam pernikahan. Katakan aku naif. Tapi, buatku tidak ada kata itu dalam kamusku. Katakan aku tak empatik, tapiii apapun itu, niatkanlah dan jangan biarkan pemikiran itu memasuki pernikahan kita... maka semua daya upaya pasti akan menuju kesana...Katakan aku bodoh, tapi setau aku sedikit saja kita beri celah pada pemikiran negatif (perceraian) maka makin lama angin berhembus makin kencan, merobohkan segala sisa dinding pertahanan. Katakan aku kaku, tapi, dogma agama yg aku pegang, sungguh membantuku menetapkan hati mempertahankan komitmen.
Katakan aku berlebihan, tapi sungguh, tak ada yg bisa diberikan utk healing luka anak yg mengalami perceraian...

Memang,apa yg kutulis sebagian berdasar hanya pada ketakutan dan keprihatinan. Ketakutan akan menghadapi masalah yg sama dengan para pasangan yg bercerai. Keprihatinan akan nasib anak2 yg mengalami peceraian dan juga (mungkin) luka yg dialami masing-masing pasangan. Entahlah... masih buta aku dalam ranah ini. Dan terus berharap buta, sehingga tak harus memikirkan pilihan itu.

Ah, ini hanya sekedar notes pribadi. Tak bermaksud menyalahkan siapapun. Apalagi mereka yg telah memutuskan hal itu. Aku percaya apa yg sudah diputuskan sdh dipikirkan konsekuensinya secara matang... Tapi, utk yg blm "mengarah" ke sana, mari sama2 berusaha... jgn sampai angin negatif itu berhembus sedikit saja dalam pikiran kita. (Amin)

Tidak ada komentar: