Senin, 02 Februari 2009

Hari Minggu Itu

Hari Minggu kemarin,
Aku melihat sebuah keluarga
Seorang bapak, ibu, seorang anak perempuan, dan seorang anak laki-laki

Tak bermaksud menilai
Namun mata fisik ku secara alami melihat
Penampilan mereka yg kontras
Berbeda dg umat lain di lingkungan itu

Bila yg lain tampak memiliki kulit muka yg bersih, seakan tak setitik noda pun mampu mengotori kulit mereka, dilengkapi pakaian yg berkelas
Maka, keluarga ini seakan salah berada di dalam sebuah pesta yg bukan milik mereka
Sang Bapak memiliki kulit kecoklatan gelap dengan bintik-bintik serupa jerawat, ditambah rambut palsu yg kurang sepadan dg penampilannya
Sang anak perempuan, berjalan dg ceria, memakai gaun dengan detil kerut-kerut di dada serta sederet hiasan batu tempelan
Meski semua itu tidak mengurangi kekusyukan mereka beribadah

Hari Minggu itu
Aku berpikir dan menyadari
Betapa dangkal pandanganku, seorang manusia
Menilai segala dari sampulnya, dari penampilannya

Betapa naif aku menilai
Hanya membandingkan penampilan luar yg berbeda dg yg lainnya

Betapa polos jiwa kebendaanku
Hanya menampakkan apa yg mata duniawi nyatakan

Ku berbalik bertanya,
Apakah yg di Atas akan memandang spt aku?
Apakah Dia akan menilai semacam aku menilai mereka?
Apakah ada nilai lain yg Dia akan tambahkan dalam menilai mereka?
Apakah Ia akan melihat pemandangan yg berbeda dg aku?
Seperti apakah mata Ilahi-Nya memandang manusia?
Apakah....

Ah, tak seorang pun tau dengan pasti
Apa yg jelasnya Dia pikirkan atau rasakan

Namun seperti banyak umat lain,
Aku PERCAYA
Dia memandang melampaui mata manusiawi yg fana
Dia menilai bukan hanya fisik dalam dunia matrealistis belaka
Dia membelai kita berdasarkan apa yg ada di dalam hati yg tulus

Dia melampaui diriku
Dia melampaui semua umat
Dia mengajarkan apa yg selalu kita dambakan
Cinta kasih tanpa Pamrih
Cinta kasih yg tulus

Hal-hal yg klise namun sulit dipraktekkan

Hari Minggu itu
Aku menyadari
Hanya tangan menengadah, mulut berpuji-pujian, dan hati berserah
yg bisa kupersembahkan kepadanya
Aku menyadari
Betapa agung kasihNya
Betapa tak terikat dg dunia nan matrealis, yg aku hidupi sekarang ini

Hari Minggu itu,
Aku sadari
Betapa merindunya jiwaku
akan kasihNya yg suci
Betapa inginnya aku
mewujudkannya

Wahai, Dikau yg disana...
Biarkan ke-Ilahi-anMu
tertular setitik saja utk jiwaku
Biarkan ke-Abadi-an Mu
selalu disadari oleh jiwaku yg fana
Biarkan ke-Maha-Semua Mu
selalu menjadi kekuatanku

Wahai Dikau yg disana...
Biarkan aku lebur dalam kasih-Mu

030209
(Reflection on 01Feb09, one fine day with my fam.)

2 komentar:

Book of Mine mengatakan...

Sulit memang menilai orang dari kulit luarnya. Ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang. Alangkah baiknya jika kita mau merangkul mereka yang dikucilkan. Semakin mengenal seseorang, kita akan melihat kepribadiannya lebih dalam. Kadang hatinya jauh lebih bersih daripada kulitnya, atau sebaliknya, ahtinya jauh lebih kotor daripada kulitnya. :)

Note : berdoalah supaya matamu tidak menyesatkan hatimu.

Marooned Mom mengatakan...

iya ma... selalu berdoa dan berusaha utk melihat yg lebih dalam... tks 4 ur notes... gbu always