Selasa, 11 September 2012

Rasa Aman

Rasa aman rupanya menjadi barang langka di lingkungan tempat tinggal di kota besar, seperti Jakarta ini. Ketika melangkahkan kaki keluar dari rumah, biasanya kita sudah dipenuhi pikiran-pikiran antisipatif. Awasi kanan kiri, jangan-jangan dia copet, jangan-jangan dia penculik anak, jangan sampai ada orang asing yang menculik anak kita, hati-hati memberi sedekah kepada pengemis, jangan-jangan dia sebenarnya sudah kaya atau jika memberikan uang pada pengamen, khawatir uang kita akan dipakai madat atau cuma setoran ke gembongnya.

Ada-ada saja kekhawatiran sebagai warga kota besar.

Tadi siang saya mengalami rasa khawatir itu. Seorang petugas yang sedang membangun ruko (rumah toko) di sebelah rumah saya memanggil-manggil saya, sebagai tuan rumah, "Ibu... " Saya pun menanggapi. Ternyata petugas tersebut menjatuhkan pernik kecil untuk memasang jendela bangunan yang sedang dikerjakannya. Pernik/alat tersebut jatuh di halaman rumah saya, yang memang berdempetan dengan bangunan tersebut. Setelah berusaha mencari yang dimaksud, saya tidak berhasil menemukannya. Maka si petugas meminta ijin untuk masuk ke halaman saya. Wah, sebetulnya agak dag-dig-dug-der juga sih. Karena di rumah sedang tidak ada orang dewasa lainnya. Hanya saya dan anak saya, yang sedang tidur. Tapi melihat gelagatnya yang tidak mencurigakan saya pun mempersilahkan dia masuk. Dan selama ia mencari, saya secara tidak sadar memegang erat sebatang besi bengkok, selot pagar darurat yang baru saja saya buka. Seakan-akan bersiap menggunakannya sebagai 'senjata' kalau dia berbuat macam-macam. Dan syukurlah, sampai ia keluar lagi dari halaman rumah saya, tidak ada perbuatan jahat apapun. Dan dengan was-was saya masih saja mengawasi sekitaran rumah saya, yang ternyata memang sedang ramai karena beberapa kuli bangunan sedang menurunkan bahan bangunan di sebelah rumah saya itu. Tapi saya berhasil menenangkan diri saya dan kembali mengerjakan perkerjaan saya di dalam rumah.

Rasa was-was yang terbentuk mungkin terjadi karena proses belajar pribadi atas pengalaman-pengalaman yg saya alami, dengar maupun pengkondisian dari berbagai berita dan nilai ketidakamanan yang cenderung didengungkan di kota besar ini. Memang tidak dielakkan lagi bahwa tingkat kriminalitas di Jakarta memang cukup tinggi, maafkan jika tidak sempat mencantumkan angkanya di sini. Namun kadang kala ada saatnya kita sebagai warga Jakarta harus menempatkan rasa takut yg proporsional, jangan sampai berlebihan dan menghalangi kita sendiri atau pun orang lain. Misalnya jadi parno/ketakutan untuk keluar rumah, dll.

Di lain pihak jangan sampai juga tidak memiliki rasa was-was lalu jadi tidak berhati-hati karena tentu bisa fatal akibatnya. Usahakan untuk tetap waspada :) Jika kewaspadaan dan usaha antisipatif seperlunya sudah dilakukan, maka semoga rasa aman menjadi pegangan kita.

Tidak ada komentar: