Senin, 08 Maret 2010

Bukan Sekedar Pentas Seni

Hari Sabtu kemarin, Pentas Seni (Pensi) di TK tempat anakku bersekolah telah digelar. Bukan Pensi yg jor-joran tapi cukup memberi kesempatan untuk anak tampil secara membanggakan dan tentu jg cukup membuat para orangtua dan guru-guru sibuk bin sibuk. Meski ga sampai selesai menyaksikan acara Pensi ini, tapi kesanku akan acara ini : yah not bad lah... ;)

Teresa sendiri termasuk anak yang enjoy dengan penampilannya di panggung. Teresa dan teman-teman dari kelompok bermain kebagian menari kodok hihihi... Kebayang kan gaya tarian kodok yg melompat-lompat dan mengharap hujan turun. Teresa cukup excited memakai kostum kodok yg serba hijau dari kepala hingga kaki. Meski panas, pastinya..., tapi dia tetep setia memakainya selama kurang lebih 1 jam dari awal acara sampai pentas di panggung. Untung, urutan tampilnya bukan urutan belakang-belakang amat. Jadi waktu menunggu pentas tidak terlalu lama. Di panggung bahkan Teresa senyam-senyum sendiri dan langsung menari ketika lagu iringan terdengar. Hebat lah pokoee... hehehe...

Selain laporan pandangan mata dari acara di hari H, berikut seulas share tentang kepanitiaan Pensi.

Aku sendiri sebenarnya tergabung dalam panitia yang tersusun dari beberapa orang tua murid. Aku diminta membantu seksi dana. Wah, kalo dilihat dari job desc. seksi dana, males bener yak... krn harus cari dana sekian banyak untuk kelancaran acara ini. Mau dibolak balik, kan tetep ya dana yg jadi highlite hehehe... Tapi karena pengen bantu, secara ini juga pertama kalinya terlibat dalam Pensi, so aku berusaha santai dan coba bantu sebisanya.

Awalnya, dalam persiapan Pensi, aku masih sempat hadir dalam rapat panitia. Tapi menjelang akhir-akhir mendekati hari H, justru aku sering (bahkan kayanya selalu hehe) tidak hadir, karena ada saja pekerjaan di hari Sabtu. Maklumlah pengasong... Jadi aku berkoordinasi saja di hari-hari lain dengan guru dan teman sesama panitia.
Ketidakhadiranku ini sebenarnya bagus juga untuk menghindari gejolak (halah bahasanya hihihih) emosi dan energi pribadi.

Aku pribadi, merasa ada sedikit ketidakcocokan pola pikir dalam proses persiapan pensi. Maka dengan kesadaran akan ketidakcocokan ini, aku pun merasa cukup berperan seadanya, agar tidak banyak mengkonsumsi emosional dan energi yg tidak perlu.
Sepertinya terkesan egois dan cari aman, ya. Well, ga pa-pa lah kalo memang dianggap begitu. Karena kalau aku mengambil posisi sebaliknya, wah ga kebayang deh apa yang terjadi. Dengan posisi dalam panitia ini, aku belajar untuk tidak mudah jumawa/over PD bahwa pemikiran dan ideku lah yang terbaik. Aku belajar untuk realistis dan menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi yang ada. Konsep yang ideal tidak bisa tumbuh di tanah yang berbatu dan liat. Seperti perumpamaan religius, bahwa bibit yang baik tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, bukan tanah yang berbatu. Bibit/ide yang baik akan bisa digunakan ketika sumber daya nya cocok dan subur. Bukan mencap kondisi panitia dan pihak sekolah adalah tempat yang berbatu alias tidak subur, namun setiap ide memiliki ruangnya masing-masing untuk berkembang. Tidak mudah untuk memupuk sebuah ide dan mewujudkannya menjadi buah yang berguna bagi banyak orang. Dengan kata lain, aku juga belajar untuk menjadi lebih pintar membaca situasi dan menentukan peranan dalam suatu lingkungan.

Di luar refleksi pribadiku, panitia keseluruhan plus guru-gurunya dan anak-anak terutama, menciptakan prestasi tersendiri dengan berhasil mengadakan pensi ini. Mulai dari pelatihan tarian, drum band, paduan suara dan aksi-aksi lainnya, yang memakan banyak energi dan ketekunan. sudah sejak beberapa bulan yl persiapan latihan ini dilakukan. Anak-anak pun terlatih untuk tampil di depan umum, melatih potensi diri dan yakin akan kemampuannya sendiri. Dengan berproses sejak latihan sampai tampil, anak belajar untuk bekerja secara ulet dan bahwa hasil kerja keras akan mendapat apresiasi yang sebanding. Meski tentu dibumbui tangisan, rengekan, dan kelelahan yang menambah keseruan prosesnya. Para panitia orangtua pun tak kalah hebatnya. Mengingat panitia dan guru didominasi oleh kaum Ibu, maka kekuatan perempuan lagi-lagi pantas mendapatkan applause, meski tidak mengecilkan bantuan kaum laki-laki yang turut berperan.

Jadi Pensi kemarin ternyata bukan Pensi biasa ya... ;)

Tidak ada komentar: