Kamis, 01 Oktober 2009

Lil Things

Aku senang diajak Mama main ke mall atau kemana saja
Di sana aku pasti meminta Mama bermain ke arena bermain
Aku senang bermain segala macam
mobil-mobilan
kuda-kudaan
prosotan
ayunan
enjot-enjotan
trampolin
loncat2an di atas bangunan balon
main drum
mainan koin
dan segalaaaa macammm mainan lainnya

Mama dan Papa dg sabar menungguiku bermain
Ketika lelah dan kantuk melanda, aku tetap ingin bermain
Tak mau kehilangan semua kesenangan di depan mata
Tapi, Mama dan Papa mengajakku pulang
Beristirahat

Pada akhir hari
bukan berbagai permainan itu yg aku rindukan
tapi...
kitikan dan pelukan Mama
cerita dan tawa Papa
itu yg selalu aku nantikan

Tak usah susah-susah membawaku ke arena hiburan di ujung dunia, Ma&Pa
Karena hanya bersama kasih sayang Mama dan Papalah aku merasa bahagia

*inspired by Teresa*

Setelah aku perhatikan, Teresa seneng sm hal2 sederhana & kecil, sperti main kitik2an, loncat2an di kasur, nonton vcd, main bola, ngobrol, menggambar, prosotan, ayunan, didongengi (baca buku atau cerita boneka).... dan lainnya. Memang hal2 kecil sering kali membawa arti besar, daripada hal2 besar yg kadang kala malah kurang berkesan.Seperti kata orang bijak, "setialah pada hal-hal kecil..."

Rabu, 30 September 2009

Casting

Suatu siang, aku menuruni mobil kami yang berdebu.

"Ayo, Nak. Nanti jangan lupa senyum ya di depan kamera. Terus nanti kalo disuruh sama tante atau Om-nya, nurut ya... Senyum dan da-dah ke kamera. Oke...?" kataku memberikan wejangan terakhir kepada si cantik berkuncir satu, anak semata wayangku itu.

"Iya, Mah..." kata si cantik patuh.

Sampai disana, sudah ada Mbak berbaju ungu menyuruh kami absen. Dengan agak ketus ia menyuruh kami duduk menunggu giliran sesi pemotretan dan pengambilan adegan dengan menaiki odong-odong di halaman depan.

Aku mengintip dan melihat studio foto agak kosong. Aku nekat ke dalam bersama si cantikku.

"Mbak, anak saya bisa dipotret sekarang?" kataku cuek.

"Ooo.. Mbak dari mana ya? dari agen mana? " jawabnya dengan tanya juga, sambil meneliti kami berdua dari kepala ke ujung kaki.

"Kami diminta datang oleh Mbak Vivi. Kemarin bertemu di sebuah mall." aku berusaha menjelaskan.

"Ooo... oke... coba aja masuk ke dalam studio, tunggu giliran sesudah anak itu." ia mempersilahkan kami masuk.

Sesi pemotretan berlangsung singkat dan lancar. Si cantik tidak kesulitan bergaya sedikit di depan kamera, bahkan direkam dengan mengucapkan perkenalan singkat.

Lalu sesi disyut kamera di halaman depan dengan menaiki odong-odong, bersama tiga anak lainnya.

Anakku standar. Tidak tampak banci kamera, tapi juga tidak kaku. Dan juga tidak bergaya aneh-aneh. Anak perempuan di depan anakku tampak sangat terlatih, tersenyum tampak gigi dan menggoyang-goyangkan kepala ke kanan-kiri tak henti mengikuti lagu odong-odong. Anak lelaki di sebelahnya, cukup ganteng dan berisi. Namun tak henti mengedipkan salah satu matanya. Entah mengapa. Kedua orangtua anak lelaki itu beserta kakaknya tak henti mencoba menghentikan kebiasaannya mengedipkan mata itu. Di belakangnya, di sebelah anakku, ada anak perempuan yg sama standarnya dengan anakku. Namun sedikit lebih cemberut.

Lagu berganti-ganti. Beberapa lagu yg familiar bagi anakku. Maka ia sibuk mengikuti kata demi kata lagu itu. Dan anak perempuan di sebelahnya mengikuti kegiatan anakku ini. Akibatnya, instruksi tante sutradara tak terlalu diikuti, yaitu untuk berteriak Horeee dengan gembira sambil mengangkat tangan ke atas. Kadang diikuti kadang tidak. Yang konsisten dan responsif ssi tuntutan sutradara hanya si anak perempuan di depan anakku tadi.

Setelah itu masih ada satu adegan ternyata. Di tengah siang bolong, empat anak balita itu diminta berlarian. Sementara si anak yg baik aktingnya tadi (yg tadi duduk di depan anakku) diminta berakting sedih. Spontan anak tsb menolak.

"Aku ga seneng disuruh sedih..." katanya protes kepada Ibunya.

Dibujuklah ia agar skenario terpenuhi, dengan es krim. Tapi masih belum lancar. Yahh... namanya juga anak2 ya... Maka adegannya dibuat terpenggal. Yang lari dulu, baru yg sedih. Sekali lagi, anakku tak mengalami kesulitan memenuhi peranannya berlari ke arah odong-odong. Karena si Papa ada di ujung menyuruhnya lari ssi aba-aba sutradara.

Maka saatnya kami pulang

Mbak Vivi, yg dari tadi tampak sedikit bangga akan kehadiran anakku, mengucapkan terima kasih dan berjanji akan mengabari kami.

Dalam hati, spontan, terbersit harapan supaya adegan atau usaha semacam tadi berhenti disini. Kurang sreg rasanya utk kembali menjalani proses tadi, meski anakku tampak lancar-lancar saja menjalaninya.

Maka dengan lega hati kami meninggalkan lokasi. Dan mencari es krim, memenuhi rengekan si cantik kecilku.

Setelah makan es krim di mobil, ia pun tertidur. Lelah karena pengalaman baru tadi dan hawa panas yang memang ckp menyesakkan.

***

Di mobil, aku dan suamiku sepakat, akan mengutamakan sekolah dan pengembangan diri lainnya utk anakku. Pengalaman tadi untuk menambah wawasan saja. Tak perlu ngoyo untuk mengejar "pengembangan diri" di bidang entertainment. Dunia yg dari awal memang kurang cocok bagiku pribadi. Ada bbrp alasan mengapa aku tak menyukai dunia yg satu itu. Misalnya, waktu aktivitas yg kadang tak menentu, kurang 'mengajarkan' nilai penting dari suatu proses atau usaha sebelum bisa tampil secara publik, instan, dll.

Buat anakku? Ya, tampaknya dia enjoy aja mengikuti proses casting tadi. Tapi, ga kebayang dan ga mau lah jalanin lagi secara lebih sering proses seperti itu lagi. Melelahkan utk anak seusianya. Lebih baik diisi dengan bermain, bersenang-senang, mengembangkan potensi lain, berteman, bersekolah...


Selasa, 29 September 2009

Merdeka!

(Posted on FB Notes at August 17th 09)

17 Agustus
hari sakral tampaknya
tapi apa benar sakral?
tentu... utk para pejuang, dari yang elite sampe yg di barisan bawah
tapi... utk para muda (kita...) di masa skarang? bagaimana kemerdekaan itu dihayati?

rata-rata dari kita sudah merasakan kebebasan sejak lahir
mendapat semua kebutuhan hidup mendasar
minum, makan, sandang, papan
bahkan banyak yg dari kita (yg tergolong beruntung dibanding lapisan masy. lain) yg bisa rutin berrekreasi, menghibur diri, relaks...

tapi... di luar kelompok rata-rata (meski data statistik menunjukkan kenyataan lain pastinya...) banyaaakk yg sejak lahir sudah mengenal apa yg namanya kemiskinan
miskin ekonomi
yg hampir otomatis membawa kemiskinan lain
miskin pendidikan
miskin kesehatan
miskin .... dsb...

ah... jadi bertanya, betulkah negara ini sudah Merdeka dalam arti yg sesungguhnya?

betul! kita bebas berpendapat tanpa takut dibungkam
(apakah betul? krn kemarin masih kudengar proses pengadilan si Ibu yg menulis surat mengkritik salah satu rumah sakit ituh, masih menggantung entah sampai kapan...)
betul! kita bebas untuk memilih apa yg kita inginkan tanpa disetir keinginan 'penjajah'
(apa betul begitu? krn setiap hari kita terdesak oleh sejuta tawaran konsumerisme yg menjajah pola pikir dan gaya hidup kita, sejumlah tawaran media/para pemilik modal yg tak sehat, sadar atau tak sadar...)
betul! kita bebas utk berjalan kemana-mana... tanpa ada ancaman yg berarti...
(namun apakah betul begitu? mengingat polusi dimana-mana, mengingat premanisme masih terus ada, mengingat ancaman moral masih jg mengerogoti..)
betul! keadilan sudah bisa dituntut dalam sebuah sistem yg siap digunakan
(tapi... masih terus kudengar adanya tragedi kemanusiaan yg tak berpangkal meski menelan jiwa yg tak bersalah, masih ada mafia para penegak hukum, dan sejuta pe-er lainnya..)

eits... itu hanya sejumlah pertanyaan... sejumlah refleksi singkat yg bisa ditambahkan oleh siapapun, tentang apapun lagi...
tidak bermaksud pesimis
hanya bersikap waspada
tdk mau terbuai dg keadaan damai sentosa yg berhembus
sebab nyatanya masih banyak sisi-sisi dan detil-detil yg harus dibangun bersama

dengan semua kondisi itu,
Aku cinta Indonesia... sebuah negri unik tak ada duanya...

utk mencintai sesuatu.. bukan berarti menyoroti kekurangan
tapi, berusaha bertumbuh bersama, agar terus menerus menjadi dewasa...
berusaha 'membangun' dari dalam
bukan merongrong dari luar

mari kita bernyanyi dengan bangga (dengan lantang or dlm hati saja, yg penting penghayatannya...)
"Hiduplah tanahku, hiduplah negriku
bangsaku, rakyatku, semuanya
bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, merdeka merdeka
tanahku, negriku, yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka merdeka
hiduplah Indonesia Raya!"

Dirgahayu negriku... negri sejuta masyarakat...
meski bernoda bajumu, namun hatimu akan terus dijaga sejuta tangan berbakti
meski lusuh tampangmu, namun jiwamu tetap akan terbakar berjuta semangat perjuangan hidup tak henti

Sebuah Adegan Siang Tadi

Di sebuah restoran cepat saji, seorang anak balita chubby berkulit putih bermata sipit ditemani dua embak pengasuhnya (membuat gw bertanya2,kenapa satu anak perlu ditemani dua orang mbak?). ternyata mereka menemani si anak bermain di playground restoran itu tanpa membeli produk restoran tersebut (udah biasa kali yee...).

Anak : (langsung berlari ke arah perosotan, membuka sendal dengan melemparkannya tanpa peduli kemana sendal itu melayang) ---> terlihat nilai kerapihan yg dibiasakan oleh pengasuh/ortu

Mbak 1 : (ikut naik tangga dan meluncur lewat prosotan) --> bikin gw melongo

Mbak 2 : (menunggui si anak di ujung perosotan, sambil kadang kala menggendong anak yg tiba2 loncat ke tempat penyewaan mobil maenan berbatere di dekat restoran) ---> gendongan menjadi kebiasaan utk mengarahkan anak rupanya, bkn penjelasan

Mbak 1 & 2 : (sibuk membetulkan ikatan rambut mereka, atau foto2 dg HP, sambil mengajak si anak berpose... "action" kata mereka kepada si anak...) --> yaaa... efek konsumerisme HP jaman sekarang apa mau dikata...
(bahkan foto2 tanpa peduli ada anak gw yg pengen naik perosotan) --> krn males menegur, gw ajak anak gw menjauh dulu sementara...

Anak : "orang gila... orang gila..." (tiba2 mengucapkan kata2 ini kepada Mbak 2)
Mbak 2 : "bego...kurang asem... " (langsung berekspresi gemas dan menunggui si anak di ujung perosotan sambil mengganggunya, seakan2 membalas teriakan si anak)
--> ketebak dari siapa si anak bisa bicara demikian...

Kritiikkkk mulu ya gw... tapi... jadi, kebayang kan... apa aja bisa terjadi ketika anak dititipkan pada si pengasuh....? mulai dari kebiasaan yg kurang baik (kerapihan, kata2 kasar) sampai komunikasi yg buruk (mengangkat anak langsung tanpa penjelasan verbal, as if si anak ga ngerti or bukan manusia yg bisa diajak bicara... menyedihkan...)...

Esok Lebih Baik

Ketika mata perih karena lelah
ketika hati menangis karena emosi
ketika badan lunglai karena kurang energi
ketika harapan kelihatan hanya di awang-awang

Kucoba
menahan kantuk
menahan lelah
meneruskan perjuangan
sebab
apalah aku ini
jika tanpa perjuangan
mungkin hanya seonggok daging bertulang
yang hanya berbicara tanpa arti
yang hanya berjalan tanpa misi
yang ada menjadi tak lebih makhluk 'mati'

Ketika aku lelah
aku melihat lagi tujuan perjuanganku
latar belakang semua ini
menatap hari esok yang masih terbentang
menaruh harap
menyusun asa
memetakan strategi
agar esok lebih baik

Esok lebih baik
itu saja...