namaku Perempuan
tak peduli orang mau bilang apa
aku tak kenal kata diskriminasi
aku tak kenal apa itu pelecehan...
aku tak kenal perilaku perkosaan
aku hanya memikirkan
bagaimana cara aku menghidupi anakku
sebab si suami hilang ditelan malam
aku hanya punya energi
untuk mencari sesuap nasi
selembar baju
setitik harapan utk sekolah anakku
aku tak tahu
apa aku ada di sisi yang adil
apa aku baik
apa aku memiliki surga spt yg semua orang bilang
aku tinggal beratapkan suara bising akibat mobil melintas
aku tinggal di rumah kardus
atau hanya berdinding tripleks bekas
beralaskan tikar lusuh
aku tinggal di rumah petak yg sempit bin apak
aku hidup dalam malam yg berselimutkan sejuta rabaan nafsu kaum laki-laki yg bahkan tak kukenal namanya
aku akrab dengan sejuta sampan buangan yang seakan emas untukku
aku terbiasa melakukan perkerjaan apapun
asal mendapat nafkah utk anakku
Ibuku bilang
Perempuan kunci keutuhan keluarga
Ibuku benar
meski katanya Laki-laki adalah tulang punggung keluarga
namun Perempuan adalah nyawanya
Perempuan adalah cahayanya
namaku Perempuan
rasanya tak perlu aku memperkenalkan diri...
kaumku dibicarakan di semua bibir diskusi
namun rasanya tak ada yg bisa tahu sampai mereka benar2 menjadi perempuan di posisiku
namaku Perempuan
selalu dicaci
namun selalu dirindu
selalu disangkal
namun selalu dicari
selalu menjadi kambing hitam
namun selalu dibutuhkan
namaku Perempuan
yg notabene adalah pemelihara kehidupan
namun disingkirkan layaknya pembunuh
Ah... berapa lama lagi mereka berdiskusi tentang aku?
sementara aku...
Sedang terbaring kelaparan karena nasiku yg terakhir aku suapkan kepada anak2ku yg kelaparan
Sedang terbaring sekarat akibat si bejat memasukkan nafsunya berulang kali ke liangku
Sedang mengais tanpa akhir di setumpukan sampah yg menjadi gantungan hidupku
Sedang menggigil kedinginan karena atap yg hanya seadanya sudah diobrak-abrik mereka yg mengaku pengayom warga
namaku Perempuan...
tak peduli org mau bilang apa
krn mrk tak peduli hdupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar