Setelah menghabiskan buku kedua, Tanah
Lada, proses saya membaca buku tidak selancar sebelumnya. Karena memang
pekerjaan sudah mulai menyita fokus dan waktu saya. Eniwey, bersyukur menemukan
buku Inteligensi Embun Pagi (IEP) karya Dee ini, yang menjadi edisi pamungkas
untuk serial Supernova yang fenomenal. Maka ketika ada diskon buku di salah
satu toko buku di Bandung (kebetulan mampir sewaktu ada tugas di sana),
langsunglah buku ini menjadi fokus bacaan saya dan resmi menjadi buku ketiga
untuk meneruskan misi membaca (minimal)10 buku di tahun 2016 ini.
Terus terang saya sudah lama tidak
updating dengan karya2 Dee, terutama deretan Supernova dan saya tipe yang tidak
berusaha membaca ulang serial yang sebelumnya untuk catch up cerita *selain
karena time cosuming juga krn ada bbrp buku yang entah ada di mana disimpannya
dan cukup memakan budget kalo beli dulu. So, saya cus membaca buku pamungkas
Supernova ini. Awal membaca, tentu saya roaming sedikit-sedikit mengingat2 yang
sudah ada di edisi2 Supernova sebelum IEP ini. Maklum saya agak2 lemot or kata
Dory (dalam Finding Dory), short memory lost disorder, eh ga nyampe disorder
deng hehhe... hanya saja buat saya ketika membaca buku, kebanyakan saya akan
mengambil makna personal dan pelajaran dari buku itu sehingga detil alur cerita
dan bahkan nama tokoh nya kadang lost dalam ingatan saya. Jadi ya saya membaca
IEP ini ingin tahu ending Supernova dan ingin tahu bagaimana Dee, yg merupakan
salah satu penulis hebat menurut saya, meramu novelnya kali ini.
Novel IEP ini terdiri dari Keping 45 - 99
(keping = bab) dalam 620 halaman, so mengingat ketebalan bukuny dan alur
ceritanya yg kaya, saya ga akan terlalu detil juga mengulas disini. Selain
keterbatasan waktu saya menulis, saya pikir akan lebih seru jika teman-teman
dan pemirsah sekalian membacanya sendiri hehehe... Maka di bawah ini saya akan
lebih mengungkapkan kesan-kesan saya terhadap IEP.
Sepanjang membaca IEP, saya merasa
keseruan cerita yang terbangun dengan baik oleh penulis. Biasanya dalam membaca
buku novel, saya akan merasa tidak sabaran melalui bagian 'prolog' dimana pada
bab2 awal sekitar 3 sampe 5 bab biasanya adalah bagian membangun konflik dan
kompleksitas cerita. Namun pada IEP ini konflik sudah terbangun dimana-mana dan
jelas karena merupakan buku pamungkas di serial Supernova, maka kompleksitas
cerita sudah ada dan tinggal dirawat dan ditambah. Di sana sini muncul
kejutan-kejutan serta keseruan cerita yang masing-masing berarti personal bagi
masing-masing tokoh. Konflik batin masing-masing tokoh pun terkesan bisa
dibangun dengan apik tanpa melupakan sejarah personal masa lalu si tokoh.
Lagi-lagi karena ini edisi pamungkas, karakter masing-masing tokoh sudah sangat
kaya namun tokoh-tokoh yang 'baru' pun ternyata tidak hilang ke-khas annya.
Klimaks cerita pun tidak garing dan tidak mudah ditebak. Mungkin inilah kunci
karya ini sehingga mendapat banyak fans, karena tidak mudah ditebak dan belum
ada (belum banyak) rasanya penulis Indonesia yang bermain di area ala science
fiction ini.
Hal khas dari rangkaian cerita Supernova
adalah kedalaman serta kreativitas Dee untuk meramu hal-hal yang saintifik
dengan imajinasi serta pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan yang ia satukan
dalam jalinan cerita banyak tokoh yang rumit. Bahkan sedikit memberikan warna
sejarah dunia juga di dalamnya, dengan memasukkan mitologi Yunani. Kepiawaian
Dee ini mengingatkan saya akan keahlian yang tak kalah dari Ayu Utami (misalnya
di novel Bilangan Fu dan judul2 terkait) yang banyak mengandalkan pada
referensi literatur dan budaya yang kaya. Jadi suatu catatan pribadi saya,
bahwa menulis sebaiknya tidak asal menulis tp harus memperdalam bahan penulisan
kita sehingga menjadi karya yang kaya dan tidak kering dari lingkup sekitar
*baik ilmu pasti dan sosial.
IEP ini buat saya mengantarkan pesan
tertentu yaitu sbb:
- bahwa di dunia ini ga ada yang
kebetulan, semua sudah dalam perencanaan takdir meski kemudian manusia lah yang
memegang peranan penting untuk memtuskan mau bagaimana dan apa dengan takdir
yang ada
- bahwa setiap individu memiliki sejarah
pribadi yang rumit, emosional dan mempengaruhi langkah-langkah nya ke depan.
- bahwa meski tidak mengecilkan peranan
orang-orang penting dalam hidup kita, namun ada saat2 krusial dimana kita harus
rela meninggalkan mereka (sementara atau selamanya), untuk kemajuan diri kita
dan karya serta manfaat karya kita utk orang banyak
Secara kognitif saya terpikat pada karya
Dee ini. Mengingat kompleksitas cerita yang dibangun dan kekayaan budaya yang
internasional. Serta genre cerita yang cenderung science fiction ini,yg cukup
unik buat saya. Namun secara emosional, saya sadar ternyata cukup sulit untuk
benar-benar merasa tersentuh akan kisah ini karena sifat saya yang lebih
menyukai mendalami setiap karakter secara personal. sedangkan IEP ini terbangun
dari kerumitan relasi dan misi yang saling berkait dan porsi individual
tokohnya saya rasa memang bukan prioritas dari kisah ini. Namun saya tetap
menikmati pengalaman membacanya.
Notes, maaf catatan kali ini sangat umum
karena terus terang ini ditulis sebulan setelah saya menyelesaikan IEP jadi
memori saya mengenai buku ini tidak sedetail biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar